Pekerjaan di mata kita memang sering dipandang sebagai lahan penghasilan (uang). Sehingga segala sesuatu yang tidak menghasilkan uang adalah bukan pekerjaan. Bermain, sekolah, kuliah, keluyuran, itu semua bukanlah pekerjaan.
Sebenarnya apa sih, hakekat pekerjaan itu? Menurutku, pekerjaan adalah apa yang kita lakukan untuk memenuhi hidup. Sesuatu yang dapat memenuhi hidup itu apa? Banyak hal yang mesti kita raih.
Makanan, kendaraan, rumah dan semua fasilitas hidup maksudnya?
Ya, tapi tidak hanya itu, kita juga wajib memenuhi kebutuhan emosional untuk kebahagiaan hidup..
Lhoh, bukannya setelah memiliki berbagai fasilitas hidup otomatis kita bisa memenuhi kebutuhan emosional?? Pengin ngerti ilmu rohani, tinggal ke ustadz atau beli buku agama. Pengin mencerdaskan anak, tinggal mensekolahkannya. Pengin melonggarkan pikiran, tinggal ambil beberapa hari untuk bertamasya dengan keluarga??
Betul, tapi itu sungguh tidak akan mencapai pemenuhan kebutuhan emosional yang paripurna. Kenapa? Karena kebutuhan emosional tidak berada di bawah bayang-bayang kebutuhan fisik. Bahkan, kebutuhan emosional adalah independen, lebih tinggi kadarnya.
Pekerjaan semestinya bisa ”berbuat” lebih banyak, ia mestinya dapat memenuhi kebutuhan emosi dan fisik dengan sekaligus. Anak-anak, maka pekerjaannya adalah bermain, belajar, makan, olah raga. Apabila sudah menginjak remaja, pekerjaannya adalah mengembangkan diri, bersosialisasi lebih luas, membina hubungan, di samping memenuhi kebutuhan fisiknya. Setelah dewasa, pekerjaannya adalah melakukan amal baik, melindungi keluarga, berkarya nyata, membela yang lemah, memajukan masyarakat bahkan negara, dan berbagai aktifitas lainnya yang dapat mengaktualisasikan dirinya secara maksimal.
Tampaknya kita perlu menata ulang terkait pekerjaan ini sehingga kita bisa keluar dari jebakan pemikiran yang sempit soal pekerjaan. Seiring dengan itu, kita akan menjadi manusia yang utuh dan dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Perihal uang, maka uang senantiasa akan mengikuti seseorang yang benar telah bekerja pada kehidupannya. Bukankah apabila dia telah bekerja dengan benar, maka banyak orang yang akan memerlukannya. Karena sesungguhnya uang hanyalah simbol ketergantungan di antara sesama manusia.
Dengan pola pikir demikian, rasa-rasanya tidak mungkin ada terbersit tindakan berselera rendah semacam korupsi. Bukan begitu?
Monday, January 26, 2009
Saturday, January 24, 2009
Sampai di sini
Hidupku tidak bisa aku mengerti "kemana akan menuju" sampai aku berada pada suatu keadaan. Mungkin ini suatu kegagalan pengenalan diri sendiri, tapi aku mencoba menangkap isyarat spiritualnya. Karena bagaimanapun hidup selalu menyimpan misteri.
Bagaimana dengan cita-cita, rencana jangka panjang?
Betul, semisteri apapun hidup, mestinya kita bisa menciptakan ruang kecil yang dapat kita mengerti. Dengan rencana-rencana, arah hidup dapat kita intervensi.
Namun..... sepertinya selama ini aku sesekali mengarahkan perhatian pada isyarat lain dari "langit". Hal itulah, mungkin, yang membuat hidupku bagaikan perjalanan di gurun pasir, dimana yang tampak adalah jalur yang baru saja kita lewati.
Ya ya, sekarang sudah mulai aku mengerti. Rencana yang kita buat pada dasarnya adalah hasil dari pengetahuan kita yang sempit. Sedangkan di luar pengetahuan kita tentu terdapat sumber pengetahuan yang melampaui, yang sebagian informasinya dapat kita terima dalam bentuk signal-signal intuitif itu. Hanya saja, tetap layak untuk dipertanyakan, apakah signal yang mampu tertangkap itu benar adanya, berasal dari sumber yang benar?
Intuisi akan jernih diterima oleh antena yang peka, suatu hasil dari komunikasi yang terjalin antara kita dan sang pemilik alam ini.
Apabila rencana telah kita tetapkan, antena telah terpasang tinggi, seharusnya kita tak lagi risau dengan kondisi masa depan yang akan kita jalani. Maka, nikmatilah yang ada, berbahagialah apabila sewaktu-waktu harus berganti haluan. Semua wajib dilalui dengan keyakinan. Segala sesuatu biarlah berubah, asalkan tujuan hidupku tidak berubah ; life in happiness.
Jadi, meskipun langkah di gurun pasir kadang perlu menaiki bukit, berbelok arah, pandangilah langit. Di sanalah bintang memberi orientasi arah yang sebenarnya...
Bagaimana dengan cita-cita, rencana jangka panjang?
Betul, semisteri apapun hidup, mestinya kita bisa menciptakan ruang kecil yang dapat kita mengerti. Dengan rencana-rencana, arah hidup dapat kita intervensi.
Namun..... sepertinya selama ini aku sesekali mengarahkan perhatian pada isyarat lain dari "langit". Hal itulah, mungkin, yang membuat hidupku bagaikan perjalanan di gurun pasir, dimana yang tampak adalah jalur yang baru saja kita lewati.
Ya ya, sekarang sudah mulai aku mengerti. Rencana yang kita buat pada dasarnya adalah hasil dari pengetahuan kita yang sempit. Sedangkan di luar pengetahuan kita tentu terdapat sumber pengetahuan yang melampaui, yang sebagian informasinya dapat kita terima dalam bentuk signal-signal intuitif itu. Hanya saja, tetap layak untuk dipertanyakan, apakah signal yang mampu tertangkap itu benar adanya, berasal dari sumber yang benar?
Intuisi akan jernih diterima oleh antena yang peka, suatu hasil dari komunikasi yang terjalin antara kita dan sang pemilik alam ini.
Apabila rencana telah kita tetapkan, antena telah terpasang tinggi, seharusnya kita tak lagi risau dengan kondisi masa depan yang akan kita jalani. Maka, nikmatilah yang ada, berbahagialah apabila sewaktu-waktu harus berganti haluan. Semua wajib dilalui dengan keyakinan. Segala sesuatu biarlah berubah, asalkan tujuan hidupku tidak berubah ; life in happiness.
Jadi, meskipun langkah di gurun pasir kadang perlu menaiki bukit, berbelok arah, pandangilah langit. Di sanalah bintang memberi orientasi arah yang sebenarnya...
Monday, January 5, 2009
Setiap Orang sedang Membuktikan
Ilmu
pengetahuan dan teknologi sudah maju, sejarah sudah panjang membentang dengan
bukti-bukti, sepatutnya manusia mengambil banyak pelajaran untuk percaya dengan
berita dan janji Tuhan pemilik kesempurnaan.
Hukum alam berlaku
dengan sangat teratur, berkaitan, bertingkat-tingkat, sempurna tanpa sedikitpun
cacat, hanya pengetahuan manusia sungguh lemah dalam menelusurinya. Alam makro
begitu luas tak terjangkau ujungnya, alam mikro begitu kecil tak terlihat titik
terkecilnya meskipun itu sangat dekat. Teknologi gelombang (dari keberadaan
radio hingga handphone, dst) semakin memperjelas fakta penting bahwa di balik
yang terlihat oleh mata ternyata ada eksistensi keterikatan kuat antar benda-benda
yang terpisah oleh jarak maupun tidak. Teknologi kedokteran juga membuktikan
adanya keterkaitan antara komponen diri yang secara awam seolah tidak terkait,
misalnya kondisi psikologis manusia yang berakibat munculnya penyakit fisik. Menurut
ragam pengetahuan manusia yang diperkirakan masih sangat terbatas itu, terkuak
adanya tingkatan eksistensi. Sangat mungkin ditemukan tingkatan eksistensi yang
lain manakala pengetahuan manusia berkembang lagi.
Sementara
itu, sejarah sudah berlebih dalam menampilkan bukti akibat dari suatu tindakan,
yaitu bagaimana para pelaku kejahatan cepat atau lambat diketahui mendapat
akibat yang tidak menguntungkan bahkan mencelakakan.
Dari point-point
singkat di atas, manusia tak bisa hanya percaya dengan apa yang dilihat, diraba
dan didengar saja. Manusia seharusnya sadar akan adanya tingkatan-tingkatan
eksistensi yang saling berkaitan sehingga terjadilah hukum sebab-akibat yang
menyeluruh hingga menyentuh aspek baik buruk, di mana kebaikan berakibat
kebaikan, keburukan berakibat keburukan seperti yang diberitakan Tuhan.
Tuhan Pasti Menegakkan HukumNYA
Di dalam Al
Quran, sudah terang tertulis bahwa langit bertingkat-tingkat. Dan akibat dari
kebaikan atau keburukan pasti akan terjadi di dunia, sebelum terjadi lagi di
akhirat. Dan sekecil apapun perbuatan, akan ada akibatnya.
Memang ada
sebagian fenomena yang terjadi di sekitar kita yang apabila tidak dicermati,
maka kita akan berpikir bahwa hukum yang berlaku di dunia ini bak hukum rimba.
Seolah siapa yang kuat akan memakan yang lemah. Seolah siapa yang terlahir
hoki, selamanya akan hoki. Siapa yang terlahir sial, selamanya akan sial.
Tetapi Tuhan
yang maha adil, tidak mungkin menciptakan hukum yang demikian. DIA menyayangi
seluruh makhluk, DIA memperlakukan hambaNYA secara adil sesuai apa yang
diperbuat oleh seorang hamba. Bahkan DIA maha pemurah dan maha mensyukuri sehingga
satu keburukan hanya akan mendapat satu akibat buruk, sedangkan satu kebaikan
akan mendapat akibat baik yang berlipat-lipat.
Membaca Hukum Sebab Akibat
Dalam konteks
alam semesta yang tunggal dan menyeluruh ini berlakulah hukum sebab akibat yang
diciptakan Tuhan. Komponen-komponen yang terlibat dalam ‘hukum sebab akibat’
adalah semua benda yang terlihat dan tak terlihat beserta semua gerakannya yang
ada dalam himpunan alam semesta ini. Begitu luasnya komponen perhitungan hukum
ini, menyebabkan manusia (yang terbatas pengetahuannya) sering kesulitan memperkirakan
akibat-akibat. Hal tersebut memunculkan kosakata ‘tiba-tiba’, ‘kebetulan’,
‘ajaib’, ‘lagi sial/ hoki aja’, dan sejenisnya. Maka agar dapat berbuat secara
tepat dalam hukum sebab-akibat, manusia perlu memahami ayat-ayatNYA yang
merupakan sumber informasi menyangkut hukum itu, di antaranya dengan memahami sifat-sifat
dari suatu ‘akibat’, sebagai berikut :
1. ‘Akibat dari sebab’ bisa muncul secara
langsung maupun tidak langsung, secara cepat atau lama, secara tunai atau
bertahap. Untuk ‘akibat’ yang langsung,
cepat dan tunai, manusia bisa dengan mudah memahaminya. Tetapi untuk ‘akibat’
yang tidak langsung dan lama, manusia butuh percaya bahwa semua yang terjadi
adalah akibat dari masa lalu. Tuhan mengabarkan bahwa ada akibat yang langsung,
ada yang ditunda, ada yang berlangsung perlahan-lahan, ada juga yang terjadi tiba-tiba
dan terakumulasi pada satu waktu.
2. ‘Akibat dari sebab’ bisa dimunculkan dari mana
saja. Bisa melalui manusia (terpaksa atau sukarela, sengaja atau tidak), bisa melalui
alam, atau bisa juga melalui gabungan antara manusia dan alam. Memang Tuhan
menyuruh manusia menegakkan hukumNYA di muka bumi. Tapi seandainya manusia
tidak ada yg sukarela menjalankannya pun, Tuhan tetap akan memunculkan ‘akibat’
melalui keterpaksaan / ketidaksengajaan manusia dan melalui alam dengan caraNYA
sendiri, yang tetaplah Adil dan Penuh Syukur.
3. ‘Akibat dari sebab’ tidak pandang
bulu dan tidak mendendam. Seseorang yang melakukan kebaikan dan keburukan
sekaligus, maka akibat yang akan diterima juga akan berupa kebaikan dan
keburukan, meskipun kebaikan dan keburukan itu bisa muncul terpisah. Dan seseorang
yang telah terbiasa melakukan keburukan, lalu ia sekali melakukan kebaikan,
maka kebaikan itu tetap akan berakibat kebaikan meskipun berada di antara keburukan-keburukan
dari kebiasaannya. Ini menunjukkan salah satu letak ke-mahaadil-an dan ke-maha
teliti-an Tuhan.
4. ‘Akibat dari sebab’ bisa muncul dalam berbagai
bentuk atau keadaan. Di sini sebagian manusia sering keliru memahami hakekat
dari suatu akibat, yaitu hanya melihat secara kasat mata. Misalnya selalu
menggunakan unsur ‘harta’ sebagai tolok ukur utama, di mana harta mencerminkan
kesenangan. ‘Akibat baik’ dipahami baik jika memunculkan harta sedangkan ‘akibat
buruk’ dipahami buruk jika memunculkan harta. Untuk itu diperlukan ukuran yang nyata
tentang apakah itu kesenangan dan apakah itu kebaikan.
Memilah Keadaan secara Tepat
Dalam
membaca hukum sebab akibat juga perlu melihat dengan jernih tentang berbagai bentuk
keadaan ‘sebab’ maupun ‘akibat’. Apabila diuraikan mungkin bisa berupa tabel
kuadran berikut :
BAIK
|
BURUK
|
|||
MENYENANGKAN
|
1
|
BATIN
|
2
|
BATIN
|
bersyukur
kepada Tuhan
|
Senang atas musibah
yang menimpa orang lain
|
|||
berterimakasih
atas kebaikan orang lain
|
puas atau
bangga diri sendiri
|
|||
ketenangan
batin
|
keangkuhan
diri
|
|||
disyukuri
orang lain karena berbuat baik
|
disyukuri
orang lain karena berbuat buruk
|
|||
disukai
orang lain karena berbuat baik
|
ditakuti
orang lain karena berbuat buruk
|
|||
senang
menyaksikan kesenangan orang lain
|
dibanggakan
orang lain karena berbuat buruk
|
|||
cinta &
kasih sayang dalam kebaikan
|
puas
menyaksikan kedukaan orang lain
|
|||
semangat
memperjuangkan kebaikan
|
solidaritas
dalam keburukan
|
|||
mendapat
kemudahan
|
semangat
memperjuangkan keburukan
|
|||
merasakan
kenikmatan
|
dipuji
orang lain secara berlebihan
|
|||
dll
|
dll
|
|||
LAHIR
|
LAHIR
|
|||
sehat untuk
kebaikan
|
sehat untuk
keburukan
|
|||
makan &
minum halal
|
makan &
minum haram maupun berlebihan
|
|||
tercukupi
kebutuhan hidup
|
Mendapat
uang atau penghasilan dari keburukan
|
|||
Mendapat
uang atau penghasilan dari kebaikan
|
sex haram
|
|||
sex halal
|
bebas berbuat
buruk
|
|||
bebas
berbuat baik
|
banyak
teman buruk
|
|||
banyak
teman baik
|
memiliki
generasi penerus keburukan
|
|||
memiliki
generasi penerus kebaikan
|
lari dari
masalah
|
|||
berhasil
menyelesaikan masalah
|
mendapat
hadiah undian dari / untuk keburukan
|
|||
ringan
masalah & tanggung jawab kemanusiaan
|
lingkungan
yang sama buruk
|
|||
besarnya
hak kemanusiaan
|
dll
|
|||
mendapat
hadiah undian dari / untuk kebaikan
|
||||
lingkungan
yang baik
|
||||
dll
|
BAIK
|
BURUK
|
|||
TIDAK MENYENANGKAN
|
3
|
BATIN
|
4
|
BATIN
|
sabar dalam
kebaikan
|
kecewa pada
Tuhan
|
|||
dibenci
orang lain padahal berbuat baik
|
meratapi
diri atau orang lain
|
|||
rendah hati
|
rendah diri
|
|||
menyesal
karena berbuat buruk
|
dikutuk
masyarakat karena keburukan
|
|||
bersedih
karena belum mampu berbuat baik
|
dendam
|
|||
tidak
tenang dalam keburukan
|
sakit hati
menyaksikan kesenangan orang baik
|
|||
menahan
keinginan
|
putus asa
memperjuangkan kebaikan
|
|||
dikhianati
oleh keburukan
|
berat untuk
melakukan kebaikan
|
|||
kebencian
pada keburukan
|
marah dan
mengumpat
|
|||
gagal dalam
usaha kebaikan
|
dll
|
|||
dll
|
||||
LAHIR
|
LAHIR
|
|||
sakit untuk
menjadi lebih baik
|
sakit
akibat keburukan
|
|||
masalah
yang berat dalam kebaikan
|
kekurangan
makanan karena keburukan
|
|||
berkorban
untuk kebaikan
|
masalah
berat akibat keburukan
|
|||
memikul
tanggung jawab
|
berkorban
untuk keburukan
|
|||
berbagi /
membantu dalam kebaikan
|
kehilangan
kebaikan
|
|||
bekerja
dalam kebaikan
|
bekerja
dalam keburukan
|
|||
mempelajari
ilmu yang bermanfaat
|
mempelajari
ilmu keburukan
|
|||
menjaga
pola hidup sehat
|
mengerahkan
kemampuan untuk keburukan
|
|||
mengerahkan
kemampuan yang baik
|
dll
|
|||
disingkirkan
dari lingkungan buruk
|
||||
dll
|
||||
KESEIMBANGAN HUKUM SEBAB AKIBAT
Kebaikan
berakibat kebaikan. Keburukan berakibat keburukan. Dan Tuhan menciptakan
pasangan-pasangan, di antaranya adalah keadaan menyenangkan akan berpasangan
dengan keadaan tidak menyenangkan. Menurut uraian kuadran di atas, maka kuadran
1 berpasangan dengan kuadran 3, sedangkan kuadran 2 berpasangan dengan kuadran
4.
Tuhan menyarankan manusia agar tidak hanya mengharap kesenangan dunia semata-mata, karena setelah kematian justru akan ada kehidupan akhirat yang lebih utama untuk menyempurnakan balasan perbuatan baik secara tanpa batas. Kesenangan dunia yang sifatnya sementara itu mampu melenakan manusia dalam mengejar kesenangan akhirat yang jauh lebih hebat, sehingga dikatakan bahwa kesenangan dunia itu adalah kesenangan yang buruk di kuadran 2.
Tuhan menyarankan manusia agar mengutamakan upaya atas kehidupan akhirat dengan tetap mengupayakan kesenangan dunia secara proporsional. Maka salah satu bentuk dari perpaduannya adalah kesenangan yang baik di kuadran 1.
Bagaimanapun saran Tuhan itu tidak menghalangi terlaksananya Hukum Sebab Akibat di dunia secara adil dan berpasangan. Karenanya bagi siapa yang hanya mengharap kehidupan dunia saja, maka dia pasti akan mendapatkan akibat dari perbuatannya sekecil apapun. Sedangkan bagi yang percaya kepada kehidupan akhirat, maka sebagian kesenangan dunia akan diinvestasikan untuk kesenangan akhirat. Pada akhirnya manusia menetapkan pilihan, apakah mau mengikuti saran Tuhan atau tidak.
SEMUA ORANG PASTI MEMBUKTIKAN
Ada tiga macam respon terhadap eksistensi hukum Sebab Akibat,
yaitu yang percaya, yang ragu, dan yang tidak percaya. Karena hukum Tuhan
berjalan pasti di atas hukum manusia, maka pada dasarnya manusia, secara sadar
maupun tidak, suka atau tidak suka, adalah sedang dalam posisi membuktikan
kebenaran hukum Tuhan melalui perbuatannya.
-----------------------------
-----------------------------
Dan bagi masing-masing mereka derajat
menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan)
pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan. (Al Ahqaaf: 19)
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. (Al Jaatsiyah: 22)
Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan. (Huud: 15-16)
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami
segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami
kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam
keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa
yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang
yang usahanya dibalasi dengan baik. (Al Israa': 18-19)
-----------------------------
Kesalahan adalah dari penulis, kebenaran adalah dari
Alloh. -----------------------------
Wallohu
a’lam.
Subscribe to:
Posts (Atom)