Selamat datang.. Hingar bingar di sekeliling mari diambil hikmahnya, karena keadaan masyarakat akan berubah bila diri kita berubah. Salam hangat!

Monday, January 26, 2009

tentang pekerjaan

Pekerjaan di mata kita memang sering dipandang sebagai lahan penghasilan (uang). Sehingga segala sesuatu yang tidak menghasilkan uang adalah bukan pekerjaan. Bermain, sekolah, kuliah, keluyuran, itu semua bukanlah pekerjaan.

Sebenarnya apa sih, hakekat pekerjaan itu? Menurutku, pekerjaan adalah apa yang kita lakukan untuk memenuhi hidup. Sesuatu yang dapat memenuhi hidup itu apa? Banyak hal yang mesti kita raih.

Makanan, kendaraan, rumah dan semua fasilitas hidup maksudnya?

Ya, tapi tidak hanya itu, kita juga wajib memenuhi kebutuhan emosional untuk kebahagiaan hidup..

Lhoh, bukannya setelah memiliki berbagai fasilitas hidup otomatis kita bisa memenuhi kebutuhan emosional?? Pengin ngerti ilmu rohani, tinggal ke ustadz atau beli buku agama. Pengin mencerdaskan anak, tinggal mensekolahkannya. Pengin melonggarkan pikiran, tinggal ambil beberapa hari untuk bertamasya dengan keluarga??

Betul, tapi itu sungguh tidak akan mencapai pemenuhan kebutuhan emosional yang paripurna. Kenapa? Karena kebutuhan emosional tidak berada di bawah bayang-bayang kebutuhan fisik. Bahkan, kebutuhan emosional adalah independen, lebih tinggi kadarnya.

Pekerjaan semestinya bisa ”berbuat” lebih banyak, ia mestinya dapat memenuhi kebutuhan emosi dan fisik dengan sekaligus. Anak-anak, maka pekerjaannya adalah bermain, belajar, makan, olah raga. Apabila sudah menginjak remaja, pekerjaannya adalah mengembangkan diri, bersosialisasi lebih luas, membina hubungan, di samping memenuhi kebutuhan fisiknya. Setelah dewasa, pekerjaannya adalah melakukan amal baik, melindungi keluarga, berkarya nyata, membela yang lemah, memajukan masyarakat bahkan negara, dan berbagai aktifitas lainnya yang dapat mengaktualisasikan dirinya secara maksimal.

Tampaknya kita perlu menata ulang terkait pekerjaan ini sehingga kita bisa keluar dari jebakan pemikiran yang sempit soal pekerjaan. Seiring dengan itu, kita akan menjadi manusia yang utuh dan dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Perihal uang, maka uang senantiasa akan mengikuti seseorang yang benar telah bekerja pada kehidupannya. Bukankah apabila dia telah bekerja dengan benar, maka banyak orang yang akan memerlukannya. Karena sesungguhnya uang hanyalah simbol ketergantungan di antara sesama manusia.

Dengan pola pikir demikian, rasa-rasanya tidak mungkin ada terbersit tindakan berselera rendah semacam korupsi. Bukan begitu?

Saturday, January 24, 2009

Sampai di sini


Hidupku tidak bisa aku mengerti "kemana akan menuju" sampai aku berada pada suatu keadaan. Mungkin ini suatu kegagalan pengenalan diri sendiri, tapi aku mencoba menangkap isyarat spiritualnya. Karena bagaimanapun hidup selalu menyimpan misteri.


Bagaimana dengan cita-cita, rencana jangka panjang?


Betul, semisteri apapun hidup, mestinya kita bisa menciptakan ruang kecil yang dapat kita mengerti. Dengan rencana-rencana, arah hidup dapat kita intervensi.


Namun..... sepertinya selama ini aku sesekali mengarahkan perhatian pada isyarat lain dari "langit". Hal itulah, mungkin, yang membuat hidupku bagaikan perjalanan di gurun pasir, dimana yang tampak adalah jalur yang baru saja kita lewati.


Ya ya, sekarang sudah mulai aku mengerti. Rencana yang kita buat pada dasarnya adalah hasil dari pengetahuan kita yang sempit. Sedangkan di luar pengetahuan kita tentu terdapat sumber pengetahuan yang melampaui, yang sebagian informasinya dapat kita terima dalam bentuk signal-signal intuitif itu. Hanya saja, tetap layak untuk dipertanyakan, apakah signal yang mampu tertangkap itu benar adanya, berasal dari sumber yang benar?

Intuisi akan jernih diterima oleh antena yang peka, suatu hasil dari komunikasi yang terjalin antara kita dan sang pemilik alam ini.


Apabila rencana telah kita tetapkan, antena telah terpasang tinggi, seharusnya kita tak lagi risau dengan kondisi masa depan yang akan kita jalani. Maka, nikmatilah yang ada, berbahagialah apabila sewaktu-waktu harus berganti haluan. Semua wajib dilalui dengan keyakinan. Segala sesuatu biarlah berubah, asalkan tujuan hidupku tidak berubah ; life in happiness.


Jadi, meskipun langkah di gurun pasir kadang perlu menaiki bukit, berbelok arah, pandangilah langit. Di sanalah bintang memberi orientasi arah yang sebenarnya...

Monday, January 5, 2009

Setiap Orang sedang Membuktikan


Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah maju, sejarah sudah panjang membentang dengan bukti-bukti, sepatutnya manusia mengambil banyak pelajaran untuk percaya dengan berita dan janji Tuhan pemilik kesempurnaan.

Hukum alam berlaku dengan sangat teratur, berkaitan, bertingkat-tingkat, sempurna tanpa sedikitpun cacat, hanya pengetahuan manusia sungguh lemah dalam menelusurinya. Alam makro begitu luas tak terjangkau ujungnya, alam mikro begitu kecil tak terlihat titik terkecilnya meskipun itu sangat dekat. Teknologi gelombang (dari keberadaan radio hingga handphone, dst) semakin memperjelas fakta penting bahwa di balik yang terlihat oleh mata ternyata ada eksistensi keterikatan kuat antar benda-benda yang terpisah oleh jarak maupun tidak. Teknologi kedokteran juga membuktikan adanya keterkaitan antara komponen diri yang secara awam seolah tidak terkait, misalnya kondisi psikologis manusia yang berakibat munculnya penyakit fisik. Menurut ragam pengetahuan manusia yang diperkirakan masih sangat terbatas itu, terkuak adanya tingkatan eksistensi. Sangat mungkin ditemukan tingkatan eksistensi yang lain manakala pengetahuan manusia berkembang lagi.

Sementara itu, sejarah sudah berlebih dalam menampilkan bukti akibat dari suatu tindakan, yaitu bagaimana para pelaku kejahatan cepat atau lambat diketahui mendapat akibat yang tidak menguntungkan bahkan mencelakakan.

Dari point-point singkat di atas, manusia tak bisa hanya percaya dengan apa yang dilihat, diraba dan didengar saja. Manusia seharusnya sadar akan adanya tingkatan-tingkatan eksistensi yang saling berkaitan sehingga terjadilah hukum sebab-akibat yang menyeluruh hingga menyentuh aspek baik buruk, di mana kebaikan berakibat kebaikan, keburukan berakibat keburukan seperti yang diberitakan Tuhan. 

Tuhan Pasti Menegakkan HukumNYA
 
Di dalam Al Quran, sudah terang tertulis bahwa langit bertingkat-tingkat. Dan akibat dari kebaikan atau keburukan pasti akan terjadi di dunia, sebelum terjadi lagi di akhirat. Dan sekecil apapun perbuatan, akan ada akibatnya.
Memang ada sebagian fenomena yang terjadi di sekitar kita yang apabila tidak dicermati, maka kita akan berpikir bahwa hukum yang berlaku di dunia ini bak hukum rimba. Seolah siapa yang kuat akan memakan yang lemah. Seolah siapa yang terlahir hoki, selamanya akan hoki. Siapa yang terlahir sial, selamanya akan sial.
Tetapi Tuhan yang maha adil, tidak mungkin menciptakan hukum yang demikian. DIA menyayangi seluruh makhluk, DIA memperlakukan hambaNYA secara adil sesuai apa yang diperbuat oleh seorang hamba. Bahkan DIA maha pemurah dan maha mensyukuri sehingga satu keburukan hanya akan mendapat satu akibat buruk, sedangkan satu kebaikan akan mendapat akibat baik yang berlipat-lipat.

Membaca Hukum Sebab Akibat
 
Dalam konteks alam semesta yang tunggal dan menyeluruh ini berlakulah hukum sebab akibat yang diciptakan Tuhan. Komponen-komponen yang terlibat dalam ‘hukum sebab akibat’ adalah semua benda yang terlihat dan tak terlihat beserta semua gerakannya yang ada dalam himpunan alam semesta ini. Begitu luasnya komponen perhitungan hukum ini, menyebabkan manusia (yang terbatas pengetahuannya) sering kesulitan memperkirakan akibat-akibat. Hal tersebut memunculkan kosakata ‘tiba-tiba’, ‘kebetulan’, ‘ajaib’, ‘lagi sial/ hoki aja’, dan sejenisnya. Maka agar dapat berbuat secara tepat dalam hukum sebab-akibat, manusia perlu memahami ayat-ayatNYA yang merupakan sumber informasi menyangkut hukum itu, di antaranya dengan memahami sifat-sifat dari suatu ‘akibat’, sebagai berikut :
1.        ‘Akibat dari sebab’ bisa muncul secara langsung maupun tidak langsung, secara cepat atau lama, secara tunai atau bertahap.  Untuk ‘akibat’ yang langsung, cepat dan tunai, manusia bisa dengan mudah memahaminya. Tetapi untuk ‘akibat’ yang tidak langsung dan lama, manusia butuh percaya bahwa semua yang terjadi adalah akibat dari masa lalu. Tuhan mengabarkan bahwa ada akibat yang langsung, ada yang ditunda, ada yang berlangsung perlahan-lahan, ada juga yang terjadi tiba-tiba dan terakumulasi pada satu waktu.

2.        ‘Akibat dari sebab’ bisa dimunculkan dari mana saja. Bisa melalui manusia (terpaksa atau sukarela, sengaja atau tidak), bisa melalui alam, atau bisa juga melalui gabungan antara manusia dan alam. Memang Tuhan menyuruh manusia menegakkan hukumNYA di muka bumi. Tapi seandainya manusia tidak ada yg sukarela menjalankannya pun, Tuhan tetap akan memunculkan ‘akibat’ melalui keterpaksaan / ketidaksengajaan manusia dan melalui alam dengan caraNYA sendiri, yang tetaplah Adil dan Penuh Syukur.

3.       ‘Akibat dari sebab’ tidak pandang bulu dan tidak mendendam. Seseorang yang melakukan kebaikan dan keburukan sekaligus, maka akibat yang akan diterima juga akan berupa kebaikan dan keburukan, meskipun kebaikan dan keburukan itu bisa muncul terpisah. Dan seseorang yang telah terbiasa melakukan keburukan, lalu ia sekali melakukan kebaikan, maka kebaikan itu tetap akan berakibat kebaikan meskipun berada di antara keburukan-keburukan dari kebiasaannya. Ini menunjukkan salah satu letak ke-mahaadil-an dan ke-maha teliti-an Tuhan.

4.        ‘Akibat dari sebab’ bisa muncul dalam berbagai bentuk atau keadaan. Di sini sebagian manusia sering keliru memahami hakekat dari suatu akibat, yaitu hanya melihat secara kasat mata. Misalnya selalu menggunakan unsur ‘harta’ sebagai tolok ukur utama, di mana harta mencerminkan kesenangan. ‘Akibat baik’ dipahami baik jika memunculkan harta sedangkan ‘akibat buruk’ dipahami buruk jika memunculkan harta. Untuk itu diperlukan ukuran yang nyata tentang apakah itu kesenangan dan apakah itu kebaikan.



Memilah Keadaan secara Tepat
 
Dalam membaca hukum sebab akibat juga perlu melihat dengan jernih tentang berbagai bentuk keadaan ‘sebab’ maupun ‘akibat’. Apabila diuraikan mungkin bisa berupa tabel kuadran berikut :

 

BAIK
BURUK
MENYENANGKAN
1
BATIN
2
BATIN
bersyukur kepada Tuhan
Senang atas musibah yang menimpa orang lain
berterimakasih atas kebaikan orang lain
puas atau bangga diri sendiri
ketenangan batin
keangkuhan diri
disyukuri orang lain karena berbuat baik
disyukuri orang lain karena berbuat buruk
disukai orang lain karena berbuat baik
ditakuti orang lain karena berbuat buruk
senang menyaksikan kesenangan orang lain
dibanggakan orang lain karena berbuat buruk
cinta & kasih sayang dalam kebaikan
puas menyaksikan kedukaan orang lain
semangat memperjuangkan kebaikan
solidaritas dalam keburukan
mendapat kemudahan
semangat memperjuangkan keburukan
merasakan kenikmatan
dipuji orang lain secara berlebihan
dll
dll
LAHIR
LAHIR
sehat untuk kebaikan
sehat untuk keburukan
makan & minum halal
makan & minum haram maupun berlebihan
tercukupi kebutuhan hidup
Mendapat uang atau penghasilan dari keburukan
Mendapat uang atau penghasilan dari kebaikan
sex haram
sex halal
bebas berbuat buruk
bebas berbuat baik
banyak teman buruk
banyak teman baik
memiliki generasi penerus keburukan
memiliki generasi penerus kebaikan
lari dari masalah
berhasil menyelesaikan masalah
mendapat hadiah undian dari / untuk keburukan
ringan masalah & tanggung jawab kemanusiaan
lingkungan yang sama buruk
besarnya hak kemanusiaan
dll
mendapat hadiah undian dari / untuk kebaikan

lingkungan yang baik

dll






BAIK
BURUK
TIDAK MENYENANGKAN
3
BATIN
4
BATIN
sabar dalam kebaikan
kecewa pada Tuhan
dibenci orang lain padahal berbuat baik
meratapi diri atau orang lain
rendah hati
rendah diri
menyesal karena berbuat buruk
dikutuk masyarakat karena keburukan
bersedih karena belum mampu berbuat baik
dendam
tidak tenang dalam keburukan
sakit hati menyaksikan kesenangan orang baik
menahan keinginan
putus asa memperjuangkan kebaikan
dikhianati oleh keburukan
berat untuk melakukan kebaikan
kebencian pada keburukan
marah dan mengumpat
gagal dalam usaha kebaikan
dll
dll

LAHIR
LAHIR
sakit untuk menjadi lebih baik
sakit akibat keburukan
masalah yang berat dalam kebaikan
kekurangan makanan karena keburukan
berkorban untuk kebaikan
masalah berat akibat keburukan
memikul tanggung jawab
berkorban untuk keburukan
berbagi / membantu dalam kebaikan
kehilangan kebaikan
bekerja dalam kebaikan
bekerja dalam keburukan
mempelajari ilmu yang bermanfaat
mempelajari ilmu keburukan
menjaga pola hidup sehat
mengerahkan kemampuan untuk keburukan
mengerahkan kemampuan yang baik
dll
disingkirkan dari lingkungan buruk

dll






KESEIMBANGAN HUKUM SEBAB AKIBAT 
Kebaikan berakibat kebaikan. Keburukan berakibat keburukan. Dan Tuhan menciptakan pasangan-pasangan, di antaranya adalah keadaan menyenangkan akan berpasangan dengan keadaan tidak menyenangkan. Menurut uraian kuadran di atas, maka kuadran 1 berpasangan dengan kuadran 3, sedangkan kuadran 2 berpasangan dengan kuadran 4.

Tuhan menyarankan manusia agar tidak hanya mengharap kesenangan dunia semata-mata, karena setelah kematian justru akan ada kehidupan akhirat yang lebih utama untuk menyempurnakan balasan perbuatan baik secara tanpa batas. Kesenangan dunia yang sifatnya sementara itu mampu melenakan manusia dalam mengejar kesenangan akhirat yang jauh lebih hebat, sehingga dikatakan bahwa kesenangan dunia itu adalah kesenangan yang buruk di kuadran 2.

Tuhan  menyarankan manusia agar mengutamakan upaya atas kehidupan akhirat dengan tetap mengupayakan kesenangan dunia secara proporsional. Maka salah satu bentuk dari perpaduannya adalah kesenangan yang baik di kuadran 1.

Bagaimanapun saran Tuhan itu tidak menghalangi terlaksananya Hukum Sebab Akibat di dunia secara adil dan berpasangan. Karenanya bagi siapa yang hanya mengharap kehidupan dunia saja, maka dia pasti akan mendapatkan akibat dari perbuatannya sekecil apapun. Sedangkan bagi yang percaya kepada kehidupan akhirat, maka sebagian kesenangan dunia akan diinvestasikan untuk kesenangan akhirat. Pada akhirnya manusia menetapkan pilihan, apakah mau mengikuti saran Tuhan atau tidak.


SEMUA ORANG PASTI MEMBUKTIKAN
Ada tiga macam respon terhadap eksistensi hukum Sebab Akibat, yaitu yang percaya, yang ragu, dan yang tidak percaya. Karena hukum Tuhan berjalan pasti di atas hukum manusia, maka pada dasarnya manusia, secara sadar maupun tidak, suka atau tidak suka, adalah sedang dalam posisi membuktikan kebenaran hukum Tuhan melalui perbuatannya.

-----------------------------

Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan. (Al Ahqaaf: 19)


Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. (Al Jaatsiyah: 22)

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Huud: 15-16)

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.  (Al Israa': 18-19)

----------------------------- 
Kesalahan adalah dari penulis, kebenaran adalah dari Alloh.
Wallohu a’lam.