Selamat datang.. Hingar bingar di sekeliling mari diambil hikmahnya, karena keadaan masyarakat akan berubah bila diri kita berubah. Salam hangat!

Saturday, October 31, 2009

Renungan leher kaku

Saat leher kaku seperti sekarang ini, kesempatan yg baik buat menghayati nikmatnya hari2 kemarin bisa menggerakkan kepala dg bebas :)

Ternyata byk sekali hal yg kita lupakan padahal itu kenikmatan yang luar biasa. Selalu berpikir mencari sesuatu di luar, melupakan kebaikan yg melekat di dalam diri. Ucapan syukur menjadi barang langka ketika yg di luar tidak bersahabat.


Apabila dicermati, kebaikan yg datang dr luar sangatlah secuil dibanding kebaikan yg sudah kita miliki. Kebaikan dalam diri bahkan tak ternilai. Suatu ilustrasi, andaikan ada seorang yg tertimpa penyakit, tentu ia akan mengorbankan hartanya, mengalahkan hobinya, demi mengembalikan kesehatannya.

Karenanya, pantaslah bila kita, siapapun kita, senantiasa bersyukur dan menjaga kenikmatan yg telah dianugerahkan Allah kepada kita.

Kenikmatan yg ada ini dianugerahkan secara mudah (tanpa kita meminta), maka memeliharanya pun tentu mudah, cukup dengan menapaki hidup dalam kebaikan. Tubuh kita baik, sehingga akan tumbuh selaras dalam media kebaikan. Sebaliknya, ia akan rusak / tersiksa oleh kejahatan, kebohongan, kenistaan dan berbagai sikap negatif lainnya..

So, apabila leher kita kaku, atau kaki kesemutan (tidak menunggu sampai tertimpa sesuatu yang fatal), semoga hal-hal "kecil" itu sudah cukup mampu mengingatkan diri untuk menengok ke dalam, betapa melimpahnya kenikmatan yang telah dan tengah kita terima... Hiruk pikuk di luar pun tidak membuat kita silau, merasa kurang beruntung bahkan menderita...

Dan pada akhirnya kita akan selalu bersyukur atas nikmat, dengan cara memaksimalkan potensi yg kita miliki : hati - pikiran - tubuh, dengan sebenar-benarnya...

Amiin.

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, October 30, 2009

hujan (refleksi sederhana)

Melaluinya Allah menumbuhkan segala KEHIDUPAN di planet ini. Semoga kita tidak menjadi pengecam hujan, bahkan mencoba menyingkirkan hujan. Itu tak beda dengan mengingkari air yang ada di tubuh kita, mengingkari manfaat air yang membawa kebaikan.

Karena, Allah bisa memusnahkan SEMUA yang ada dengan tidak menurunkan hujan, atau dengan menurunkan hujan pembawa bencana.

Astaghfirullohal'adziim..

Tuesday, October 13, 2009

Gempa Sumatera dan ayat-ayat Al-Qur'an

Innalillahi wa innailaihi roji'uun..
Musibah gempa bumi terjadi lagi di Indonesia. Bener-bener manusia sangat kecil di hadapan-Nya.


Tentu gempa bumi ini tidak hanya berkaitan dengan kondisi geologis Indonesia yang secara ilmiah rawan gempa, tapi PASTI ada maksud dari Sang Pencipta untuk berkomunikasi dengan hambanya. Hal ini karena langit dan bumi tidaklah diciptakan dengan sia-sia. Sehingga apa yang terjadi di dalamnya pun, baik kejadian kecil maupun besar, tentu tidak akan pernah sia-sia.

Akan tetapi, di masa-masa pasca Gempa Padang dan Jambi ini, telah beredar di milist dan situs-situs jejaring sosial suatu ulasan aneh tentang keterkaitan antara Gempa dan Ayat-ayat Al-Qur'an..

Berikut kutipannya :

"gempa di Padang 17:16,gempa susulan 17:58,gempa di Jambi 8:52.
coba lht Al-Qur'an,no.surat & ayat sesuai dgn jam tsb( jam dicocokan dengan urutan surat sedangkan menit dicocokan dengan ayat surat tersebut maka di dapati hal berikut ini :

surat ke 17(Al-Israa':16)
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu(supaya menta'ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami) , kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
( Gempa di Padang )

Surat ke 17 Al Israa' Ayat 58
Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).
( Gempa susulan di Padang )

Surat ke 8 Al Anfaal Ayat 52
(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras siksaan-Nya.
( Gempa Di Jambi )"

Ada 2 hal penting yang menjadi perhatian. Yang pertama, di kutipan tersebut disebutkan bahwa gempa susulan di Padang terjadi pada pukul 17:58, padahal yang benar adalah pukul 17:38 sebagaimana tertera di situs resmi BMG. Telah terjadi perbedaan data yang mendasar.

Yang kedua, pengaitan tersebut lebih cenderung mem-vonis, seolah-olah masyarakat Padang, Jambi pada khususnya dan Indonesia pada umumnya adalah masyarakat yang durhaka sepenuhnya, mirip Fir'aun, sehingga pantas untuk dihancurkan sehancur-hancurnya, sedangkan vonis tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Setelah kepergian Nabi, tidak ada manusia yang mengerti maksud Allah menimpakan bencana pada suatu masyarakat, karena hal tersebut termasuk hal ghaib. Hal ghaib hanya Allah yang tahu, dan Nabi pun hanya tahu bila diberi tahu oleh Allah.
Kita tidak diperkenankan menduga-duga, kewajiban kita hanyalah mengambil hikmah, berintrospeksi diri untuk meningkatkan ketakwaan di setiap musibah maupun kenikmatan. Selain itu, mempelajari Al-Qur'an adalah amalan yang tidak terikat dengan kejadian tertentu saja.

Apabila merujuk kepada Al-Qur'an, maka di sana memang terdapat ayat yang mengkisahkan bahwa bencana-bencana besar ditimpakan pada suatu kaum karena masyarakatnya durhaka, misalnya kaum Nabi Nuh dan Nabi Luth. Namun semua kejadian tersebut adalah kisah masa lalu yang diterangkan oleh Allah sebagai pemilik kebenaran. Selebihnya Allah tidak menyebutkan bahwa setiap bencana yang terjadi setelah kenabian Muhammad saw hanyalah ditujukan kepada orang-orang yang durhaka. Karenanya, bencana tentu juga bisa menimpa kepada kaum yang taat. Sehingga dikenal istilah azab (hukuman), ujian, peringatan dll, tergantung kepada siapa bencana menimpa.

Dalam suatu ayat, Allah memberikan pengajaran soal bencana kepada kaum yang taat sebagai berikut :

Al Hadiid :22-23

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,



Bagi yang tidak tertimpa bencana pun tidak berarti terbebas dari introspeksi diri dan mengambil hikmah darinya.

Ar Ra'd :31

"... Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji."

Marilah kita mengambil hikmah yang sedalam-dalamnya dari kejadian Gempa Sumatera dengan lebih menyorot diri sendiri daripada menyudutkan pihak lain. Selain dari pada itu, bencana yang menimpa di sekitar kita sesungguhnya memunculkan kewajiban bagi kita untuk membantu dan mendoakan mereka yang tertimpa kesengsaraan itu.

wallohu a'lam