Monday, November 23, 2009
Tentang isu Kiamat 21 Desember 2012
Dari sudut pandang ilmiah tidak ada satupun yang membenarkan. Dalam prediksi astronomi, yang ada hanyalah akan terjadi gangguan cuaca dan elektromagnetik akibat percikan ledakan bintik matahari. Planet atau asteroid yang dikabarkan menghantam bumi dalam waktu dekat pun disangkal oleh NASA.
Perasaan cemas mungkin menghantui sebagian dari kita, setidaknya bertanya-tanya dalam hati. Akan tetapi sebagai hamba yang beriman, kita perlu menata hati dan pikiran agar tidak menjadi kabur apa yang telah kita yakini bahwa hanya Allah yang tahu kapan terjadinya Kiamat. Ini mengandung arti bahwa tidak ada satu makhluk pun yang diberi pengetahuan tentangnya. Gugur (tidak valid) lah semua ramalan tentang kiamat.
Terhadap ramalan yang dasarnya adalah mistik, kita sudah tentu harus menolaknya. Tapi bagaimana dengan sangkalan yang disampaikan secara ilmiah yang mengutarakan bahwa bumi telah bertahan miliyaran tahun dan akan tetap baik-baik saja dalam waktu dekat (pasti tak akan ada kiamat dalam tahun-tahun dekat mendatang), apakah kita harus mempercayainya? Tentu tidak boleh mempercayainya juga.
Penciptaan langit dan bumi, “dari tidak ada menjadi ada” tidaklah dapat dimengerti secara ilmiah, berada di luar jangkauan logika manusia. Maka dari itu, rusaknya alam raya ini pun sangat mungkin akan terjadi tanpa logika. Hukum-hukum fisika yang dijadikan pegangan dalam dunia astronomi: grafitasi, daya tarik magnet, batasan kecepatan cahaya, hukum kekekalan energi dll pada dasarnya adalah ciptaan Sang Kuasa. Apabila Sang Pemelihara alam raya menghendaki terjadinya Kiamat, bukan tidak mungkin hukum fisika itu akan dilenyapkan sehingga ruang dan materi galaksi mengalami kekacauan dan kepunahan secara cepat. Apabila itu terjadi, maka bumi yang diprediksikan aman ini akan hancur juga, sehingga sia-sialah kepercayaan kita akan jaminan keamanan planet ini.
Bagaimanapun, hanya Dia yang tahu bagaimana cara berakhirnya dunia ini. Prinsipnya, apapun yang Dia kehendaki pasti akan terjadi walaupun pengetahuan kita berkata tidak mungkin. Jadi bisa saja Kiamat terjadi beratus tahun lagi, 10 tahun lagi, atau jangan-jangan malah di sisa tahun 2009 ini.
Tetapi ada secercah kebaikan di antara keburukan isu 2012. Atmosfir yang merebak telah memunculkan kesadaran akan dekatnya kita kepada akhir dunia. Ini adalah momentum yang baik untuk menambah ketakwaan kita kepadaNya serta meningkatkan kebaikan terhadap sesama.
Saturday, November 21, 2009
Menarik hikmah dari penyadapan dalam kasus korupsi Anggodo
Tentu itu masih sangat-sangat ringannya, dibanding perasaan kita nanti saat rekaman kehidupan kita di"putar" di Mahkamah Alam Akhir.
Karena setiap detik kita disadap oleh malaikat utusanNya tanpa bisa mengelak, dengan kapasitas memori rekaman tanpa batas. Semua akan "dibocorkan" dengan sangat detail ke seluruh manusia.
Semoga dengan perbaikan yang kita lakukan, Dia berkenan mengampuni dan menghapus segmen rekaman yang buruk dari perjalanan hidup kita ini.
Dan semoga kita selalu ingat, bahwa kita TELAH - SEDANG - dan AKAN TERUS disadap oleh aparat dari Sang Pencipta.
wallahua'lam
Thursday, November 12, 2009
semua ada hikmahnya
(QS. Al Baqarah: 269)
Kalimat yang sering kita dengar “Semua ada hikmahnya”, bagaimana memahaminya? Tulisan ini uraian sederhana, bertujuan untuk mengingatkan diri sendiri. Hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.
Allah dekat dengan hambaNya, lebih dekat ketimbang jarak antara hamba terhadap urat lehernya sendiri. Karena Allah selalu ada untuk hambaNya, pada keadaan apapun dan kapanpun manusia bisa mendapatkan [petunjuk] kebenaran. Dan karena kebenaran berkorelasi dengan kebaikan, maka di setiap keadaan itu manusia bisa mendapatkan kebaikan.
Apapun yang melanda; kemiskinan, kejayaan, kebangkrutan, kemajuan usaha, mendapat bencana, sakit, sehat, kejadian di masyarakat dll, itu semua pasti akan membawa kebaikan tatkala diterima dengan keyakinan bahwa siapapun yang mengikuti jalanNya maka Dia pasti memberinya kebaikan dengan cara yang paling tepat dan sempurna. Betul-betul sebuah kepastian yang tidak boleh diragukan karena janjiNya pasti ditepati.
Perlu kita pahami bahwa kebaikan bagi seorang manusia utamanya adalah mendapat jalan untuk kebahagiaan di akherat, dan tentu lebih lengkap apabila mendapat kebahagiaan dalam kehidupannya di dunia ini. Akan tetapi, bagi manusia yang yakin dengan jalan Allah, keadaan apapun yang dialami di dunia akan dijalani dengan kebahagiaan. Hal ini karena kebahagiaan adalah aktifitas hati yang dikendalikan oleh keyakinan, bukan semata-mata kenikmatan hasil dari pengalaman inderawi.
Allah selalu memberikan petunjuk dan pelajaran kepada setiap individu melalui kejadian dan keadaan yang ada di diri maupun lingkungannya. Tidak hanya melalui kejadian-kejadian besar, tetapi dengan kejadian yang kita anggap sepele pun Allah mengajak hambanya untuk mendekatkan hati kepadaNya. Nilai-nilai yang bisa diambil sangat luas, namun kemauan manusia berfikir untuk menerima muatan pelajaran itu berbeda-beda. Sebagian manusia acuh tak acuh, sebagian dapat menerima sedikit, dan sebagian mendapat pelajaran yang melimpah.
Semoga di tengah masa yang banyak bencana akhir-akhir ini kita sebagai individu dan masyarakat termasuk dalam kelompok yang dapat mengambil hikmah, karena pelajaran yang diberikan Allah sepertinya sudah cukup keras agar sampai ke telinga kita. Apabila kita memperbaiki diri, maka semua ini adalah kebaikan bagi kita. Dan semoga dengan perbaikan-perbaikan yang kita lakukan, Allah berkenan mengurangi bencana individu dan bencana sosial di masa-masa mendatang. amiin..
Saturday, October 31, 2009
Renungan leher kaku
Ternyata byk sekali hal yg kita lupakan padahal itu kenikmatan yang luar biasa. Selalu berpikir mencari sesuatu di luar, melupakan kebaikan yg melekat di dalam diri. Ucapan syukur menjadi barang langka ketika yg di luar tidak bersahabat.
Apabila dicermati, kebaikan yg datang dr luar sangatlah secuil dibanding kebaikan yg sudah kita miliki. Kebaikan dalam diri bahkan tak ternilai. Suatu ilustrasi, andaikan ada seorang yg tertimpa penyakit, tentu ia akan mengorbankan hartanya, mengalahkan hobinya, demi mengembalikan kesehatannya.
Karenanya, pantaslah bila kita, siapapun kita, senantiasa bersyukur dan menjaga kenikmatan yg telah dianugerahkan Allah kepada kita.
Kenikmatan yg ada ini dianugerahkan secara mudah (tanpa kita meminta), maka memeliharanya pun tentu mudah, cukup dengan menapaki hidup dalam kebaikan. Tubuh kita baik, sehingga akan tumbuh selaras dalam media kebaikan. Sebaliknya, ia akan rusak / tersiksa oleh kejahatan, kebohongan, kenistaan dan berbagai sikap negatif lainnya..
So, apabila leher kita kaku, atau kaki kesemutan (tidak menunggu sampai tertimpa sesuatu yang fatal), semoga hal-hal "kecil" itu sudah cukup mampu mengingatkan diri untuk menengok ke dalam, betapa melimpahnya kenikmatan yang telah dan tengah kita terima... Hiruk pikuk di luar pun tidak membuat kita silau, merasa kurang beruntung bahkan menderita...
Dan pada akhirnya kita akan selalu bersyukur atas nikmat, dengan cara memaksimalkan potensi yg kita miliki : hati - pikiran - tubuh, dengan sebenar-benarnya...
Amiin.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Friday, October 30, 2009
hujan (refleksi sederhana)
Karena, Allah bisa memusnahkan SEMUA yang ada dengan tidak menurunkan hujan, atau dengan menurunkan hujan pembawa bencana.
Astaghfirullohal'adziim..
Tuesday, October 13, 2009
Gempa Sumatera dan ayat-ayat Al-Qur'an
Musibah gempa bumi terjadi lagi di Indonesia. Bener-bener manusia sangat kecil di hadapan-Nya.
Tentu gempa bumi ini tidak hanya berkaitan dengan kondisi geologis Indonesia yang secara ilmiah rawan gempa, tapi PASTI ada maksud dari Sang Pencipta untuk berkomunikasi dengan hambanya. Hal ini karena langit dan bumi tidaklah diciptakan dengan sia-sia. Sehingga apa yang terjadi di dalamnya pun, baik kejadian kecil maupun besar, tentu tidak akan pernah sia-sia.
Akan tetapi, di masa-masa pasca Gempa Padang dan Jambi ini, telah beredar di milist dan situs-situs jejaring sosial suatu ulasan aneh tentang keterkaitan antara Gempa dan Ayat-ayat Al-Qur'an..
Berikut kutipannya :
"gempa di Padang 17:16,gempa susulan 17:58,gempa di Jambi 8:52.
coba lht Al-Qur'an,no.surat & ayat sesuai dgn jam tsb( jam dicocokan dengan urutan surat sedangkan menit dicocokan dengan ayat surat tersebut maka di dapati hal berikut ini :
surat ke 17(Al-Israa':16)
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu(supaya menta'ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami) , kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
( Gempa di Padang )
Surat ke 17 Al Israa' Ayat 58
Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).
( Gempa susulan di Padang )
Surat ke 8 Al Anfaal Ayat 52
(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras siksaan-Nya.
( Gempa Di Jambi )"
Ada 2 hal penting yang menjadi perhatian. Yang pertama, di kutipan tersebut disebutkan bahwa gempa susulan di Padang terjadi pada pukul 17:58, padahal yang benar adalah pukul 17:38 sebagaimana tertera di situs resmi BMG. Telah terjadi perbedaan data yang mendasar.
Yang kedua, pengaitan tersebut lebih cenderung mem-vonis, seolah-olah masyarakat Padang, Jambi pada khususnya dan Indonesia pada umumnya adalah masyarakat yang durhaka sepenuhnya, mirip Fir'aun, sehingga pantas untuk dihancurkan sehancur-hancurnya, sedangkan vonis tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Setelah kepergian Nabi, tidak ada manusia yang mengerti maksud Allah menimpakan bencana pada suatu masyarakat, karena hal tersebut termasuk hal ghaib. Hal ghaib hanya Allah yang tahu, dan Nabi pun hanya tahu bila diberi tahu oleh Allah.
Kita tidak diperkenankan menduga-duga, kewajiban kita hanyalah mengambil hikmah, berintrospeksi diri untuk meningkatkan ketakwaan di setiap musibah maupun kenikmatan. Selain itu, mempelajari Al-Qur'an adalah amalan yang tidak terikat dengan kejadian tertentu saja.
Apabila merujuk kepada Al-Qur'an, maka di sana memang terdapat ayat yang mengkisahkan bahwa bencana-bencana besar ditimpakan pada suatu kaum karena masyarakatnya durhaka, misalnya kaum Nabi Nuh dan Nabi Luth. Namun semua kejadian tersebut adalah kisah masa lalu yang diterangkan oleh Allah sebagai pemilik kebenaran. Selebihnya Allah tidak menyebutkan bahwa setiap bencana yang terjadi setelah kenabian Muhammad saw hanyalah ditujukan kepada orang-orang yang durhaka. Karenanya, bencana tentu juga bisa menimpa kepada kaum yang taat. Sehingga dikenal istilah azab (hukuman), ujian, peringatan dll, tergantung kepada siapa bencana menimpa.
Dalam suatu ayat, Allah memberikan pengajaran soal bencana kepada kaum yang taat sebagai berikut :
Al Hadiid :22-23
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
Bagi yang tidak tertimpa bencana pun tidak berarti terbebas dari introspeksi diri dan mengambil hikmah darinya.
Ar Ra'd :31
"... Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji."
Marilah kita mengambil hikmah yang sedalam-dalamnya dari kejadian Gempa Sumatera dengan lebih menyorot diri sendiri daripada menyudutkan pihak lain. Selain dari pada itu, bencana yang menimpa di sekitar kita sesungguhnya memunculkan kewajiban bagi kita untuk membantu dan mendoakan mereka yang tertimpa kesengsaraan itu.
wallohu a'lam
Saturday, July 18, 2009
Bom JW Marriott & Ritz-Carlton 17 Juli 2009
Susah dimengerti, di saat hampir semua warga negara berpikir untuk saling menciptakan kedamaian dan stabilitas, ternyata ada segelintir manusia yang memiliki cara pandang yang berbeda terhadap bangsa ini. Cara pandang ekstrim, cara pandang berbau frustrasi.
Hmm, ternyata masih saja ada tempat di negeri ini yang tertutup komunikasinya dengan masyarakat secara umum. Masih saja ada kesenjangan "komunikasi" antara 1 masyarakat dengan masyarakat lain yang menyebabkan meluapnya kebencian antar sesama. Belum jelas jenis komunikasi seperti apa, karena belum jelas motif pemboman itu. Bisa jadi komunikasi politik, bisa jadi komunikasi ideologi..
Sangat disayangkan pemboman itu terjadi lagi, karena boleh dikatakan saat ini kondisi Indonesia jelas lebih stabil, kondisi dunia juga sudah tidak seburuk dari masa lalu. Pelan-pelan kita telah menjauh dari tragedi-tragedi berdarah yang mengerikan : Perang Irak, Afganistan. Di tingkat nasional, kita juga telah meninggalkan tragedi Ambon, Poso, Aceh.. Walaupun sampai saat ini Palestina-Israel masih berkecamuk, tapi setidaknya pintu komunikasi terus diupayakan, dan Barat (Amerika) sudah relatif merubah wajah congkak dan dominasinya di kancah dunia internasional sejak dipimpin oleh Obama.
Karena itulah, selayaknya kita tidak tergesa-gesa menyimpulkan sesuatu. Yang terpenting, marilah tetap bersemangat untuk sama-sama memperbaiki nasib diri sendiri sekaligus nasib bangsa. Banyak pondasi yang sudah kita miliki untuk menjadi negara yang bermartabat, maka apapun provokasi negatif yang muncul janganlah memancing kita untuk mundur lagi. Terakhir, tampaknya komunikasi horisontal perlu diperbaiki lagi di kalangan kita sendiri, agar lebih membaur dan terbuka dengan berbagai kelompok yang ada di masyarakat, demi pembelajaran-pembelajaran dua arah. Karena kebenaran mungkin ada di lorong tikus sekalipun.
Turut berduka cita atas musibah ini, semoga korban dan keluarga korban mendapatkan balasan yang lebih baik, semoga tidak ada pemboman-pemboman berikutnya, dan pelakunya mendapatkan hukuman yang setimpal.
Saturday, May 23, 2009
BERAT atau RINGAN (relatifitas)
Katakanlah tingkat efektifitas kerjanya tetap, maka dapat kita bayangkan akan ada peningkatan hasil yang dicapai apabila volume kerja yang dilakukan semakin besar. Tentu kita ingin hasil yang kita capai bertambah, tapi keinginan tinggal keinginan karena kita tidak mau melakukan hal berat (menambah volume kerja umumnya berat). Suatu hal yang alamiah tentu.
Maka problem sebenarnya adalah bukan soal bertambahnya volume kerja, melainkan karena "berat"nya. Karena berat dan ringan sangat relatif, maka kita bisa merubah perasaan berat menjadi perasaan ringan.
Thursday, May 21, 2009
PILPRES 2009
Integritas moral sangat mendasar, seseorang memiliki tanggung jawab vertikal selain tanggung jawab horisontal sehingga kontrol diri lebih kokoh. Dia juga memiliki kerendahan hati dan kepekaan humanisme yang sangat penting untuk "membaca" realitas di masyarakat. Kecintaan terhadap negara, komitmen serta kejujuran adalah aset moral vital lainnya di tengah terpuruknya moral bangsa saat ini. Akhirnya, integritas moral ini yang akan menjiwai visi dan misi yang dicanangkan, so semua tujuan akan selalu dilandasi dengan semangat kebenaran dan keadilan yang sejati. Keberpihakan terhadap rakyat kecil adalah di antaranya, bahkan menjadi perhatian khusus karena di sana lah berbagai permasalahan kemanusiaan melanda.
Syarat kedua adalah kecerdasan. Kecerdasan akan menentukan visi dan misi, arah kemana bangsa ini menuju dengan strategi-strategi yang logis dan realistis. Tujuan bisa berjangka pendek dan berjangka panjang, langsung maupun tidak langsung, berskala prioritas, serta mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin. Teknologi digunakan demi meningkatkan efektifitas dan efisiensi di setiap usaha, dengan tetap mengembangkan kemampuan masyarakat luas agar dapat menjadi subyek pembangunan yang sebenarnya. Civil society merupakan tujuan akhir, yaitu terbentuknya masyarakat yang harmonis dan sejahtera.
Syarat terakhir adalah jiwa kepemimpinan yang kuat, dan inilah alat bagi seorang pemimpin untuk menjalankan visi dan misi yang dilandasi kebenaran dan keadilan tadi. Menunjukkan jalan ke depan, menyampaikan ide ke jajaran di bawahnya sembari tetap menerima masukan serta menegakkan sistem kontrol, maka tujuan dapat terlaksana. Dengan segenap kekuatan dan kepercayaan diri, akan ada jaminan bahwa setiap kebijakan telah steril dari intervensi negatif parlemen maupun partai yang mengusung pencalonannya.
Kampanye sebentar lagi. Tidak akan ada yang sempurna. Nanti akan kita rasakan dan nilai bersama kualitas pasangan capres-cawapres : mana yang lebih mendekati 3 syarat itu. Semoga Tuhan memberikan Pemimpin yang terbaik bagi negeri ini.
Saturday, May 9, 2009
Artis di Parlemen
Rakyat telah memilihnya. Kenapa rakyat memilih artis? Dari banyaknya alasan, mungkin yang dominan adalah faktor kepopuleran. Bagaimanapun itu.. entah baik atau buruk alasannya, suara rakyat selalu benar. Jadi terpilihnya artis adalah kebenaran juga dalam konteks demokrasi buatan manusia ini.
Nah, sekarang amanah ada di pundak mereka, bisakah mereka memikul tanggung jawab itu?
Pertama, satu hal yang positif menurutku adalah mereka ini cenderung tidak begitu mengejar harta (karena sudah bergelimang harta), sehingga pemikiran-pemikiran korupsi relatif lebih kecil. Dan sikap positif ini bisa menular ke anggota dewan lainnya, karena korupsi konon lebih gampang dilakukan secara kolektif daripada perseorangan.
Kedua, terkait pengetahuan mereka tentang sistem pemerintahan dan perundang-undangan. Mungkin sebagian besar mereka kurang mumpuni, tapi ini bisa dipelajari. So tidak menjadi masalah yang berarti saya kira.
Ketiga, inilah yang membuat ragu, yaitu soal daya tahan dan strategi mereka menghadapi perbedaan pendapat di parlemen. Melihat kehidupan mereka sebelumnya yang sarat dengan hiburan dan hura-hura, apakah mereka sanggup melakukan adu argumen dengan para politisi yang seringkali berupa perdebatan sengit? Bagaimana mereka mempertahankan idealisme dan pendapatnya untuk mensejahterakan rakyat di hadapan partai lain yang bersebrangan? Bisa-bisa kepentingan rakyat termentahkan hanya karena mereka putus asa untuk melakukan perlawanan, karena sejak awal kan mereka cenderung tidak ngotot untuk duduk di parlemen. Dan, faktanya, idealisme seringkali terpinggirkan tidak berguna bila tidak dibungkus dengan strategi politik yang tepat.
He he.. ketiga uraian di atas semuanya berdasar pada prasangka yang baik, bahwa yang terjadi di dalam Gedung DPR adalah rapat-rapat yang serius. Seandainya di dalam sana hanya berupa rangkaian sandiwara politik, lantas bagaimana sikap para artis itu? Apakah akan keluar dari gedung ataukah justru akan memperagakan kemampuan aktingnya (itung-itung akting tambahan?) ....
Thursday, May 7, 2009
sambil menanti kisah Rani dan AA
Di antara berita perkembangan munculnya nama-nama capres dan cawapres, ada sajian liputan yang gak kalah menarik perhatian kita, yaitu soal status Antasari Azhar sebagai tersangka dalam kasus terbunuhnya Nasrudin Zulkarnaen. Bener2 layak membuat kita bertanya-tanya.. Benarkah terjadi? Apakah cukup masuk akal? skenario politik kah ini?
Hanya ada 2 pilihan: permainan tingkat tinggi atau lebih tinggi lagi. Ini karena melibatkan oknum aparat, pengusaha, pembunuh bayaran. Rani Juliani sebagai "tokoh sentral" pun hilang, kemungkinan besar "dihilangkan" dari peredaran.
Berbagai macam opini berkembang, ada yg percaya ini kasus asmara, ada yg menduga ini konspirasi politik menjatuhkan kredibilitas KPK (baca: pemerintah), konspirasi dari komplotan koruptor, sampai ada yg beranalisa ini soal kredibilitas personal AA yg bermasalah di KPK. Sangat bervariasi dan tidak bisa ditebak.
Mungkin sebagian kita cukup menyesal dengan berita ini. Sungguh ironi, di tengah-tengah bersinarnya KPK yang telah mengkandangkan banyak koruptor, sang ketua malah ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik. Tentu saja kita tidak tahu secara pasti bagaimana AA menjalankan tugasnya di KPK, tapi paling tidak AA telah mengambil resiko berat atas kasus-kasus besar yang pernah ditanganinya. Alhasil, di permukaan kita melihat bahwa KPK cukup ditakuti di kalangan birokrat dan legislatif. KPK adalah drama pemberantasan korupsi yang terbaik yang pernah ada (mungkin terbaik di antara yang buruk ?). So, apabila memang tidak bersalah, dia bisa masuk dalam daftar segelintir orang yang berpengaruh di Indonesia.
Sambil menunggu titik terang yang entah seperti apa terangnya nanti, semoga KPK dapat terus melanjutkan agendanya. Proses pengusutan perkara NZ yang belum tuntas ini mungkin seperti teror bagi anak buah AA. Nyali tidak boleh mengendur, dan sikap tulus (tanpa pretensi politik) pemerintah sangat diperlukan dalam mem-push dan mensupport keamanan kinerja KPK. Memang tidak dapat dipungkiri, resiko jabatan sangat besar bagi penegak hukum yang benar-benar menjalankan tugasnya; nyawa diri dan keluarga bisa menjadi ancaman. Konsekuensi logisnya, apabila tugas mulia ini dijalani dengan sungguh-sungguh maka di samping telah menjalankan ajaran moralnya, popularitasnya di masyarakat akan meningkat secara cuma-cuma (tanpa bersusah payah kampanye mengumbar janji).
Perjalanan melawan korupsi masih panjang, berita terakhir menyebutkan di tingkat Asia Indonesia masih berada di kelompok urutan terdepan dalam hal korupsi. Untuk itu KPK harus terus bekerja, bahkan perlu memperbesar volume kerjanya. Skema organisasi dan sistem kerja harus dipertahankan karena terbukti efektif melakukan penyelidikan perkara korupsi.
Pemerintah memegang kuncinya, karena sesungguhnya KPK hanyalah kepanjangan dari pemerintah. Pemberantasan korupsi wajib menjadi agenda utama pemegang kekuasaan, karena korupsi mematikan sendi-sendi perekonomian yang ujung-ujungnya menyengsarakan rakyat.
Akhirnya, marilah kita nantikan proses pengusutan kasus ini. Hasil yang kita harapkan adalah tersibaknya kasus ini dengan gamblang, apapun penyebabnya. Jangan biarkan konspirasi tetap hidup! Apabila supremasi hukum bisa berjalan tegak, menghukum setiap orang yang bersalah tanpa pandang jabatan dan institusi, tandanya masih ada harapan bagi kemajuan bangsa ini.....!
Saturday, April 11, 2009
Seusai Pemilu Legislatif . . . what next ?
Asalkan masih dalam koridor hukum yang jelas hal itu tidak ada masalah, dan memang begitulah seharusnya demokrasi. Tapi sepertinya tidak akan berujung pada kesimpulan bahwa pemilu inkonstitusional yang mengharuskan adanya pemilu ulang. Lebih mengarah pada penyorotan terhadap kinerja pemerintahan yang tidak berhasil, yang sangat mungkin akan digelindingkan sebagai isu untuk mengalahkan rival pada pemilihan capres mendatang. So, lebih kental dengan nuansa politik ketimbang segi hukumnya.
Paralel dengan hal di atas, perasaan senasib jadi korban ketidakberesan pemilu ini pun dimanfaatkan juga sebagai momentum untuk menggalang berdirinya blok partai oposan. Jadi, sementara ini ada 2 kutub yang tampak. Akankah ada poros alternatif yang dari kemarin sudah didengung-dengungkan oleh salah 1 partai? he he, maklumlah...
Apapun, all i can do is ngeliat aja rangkaian proses penentuan ini. Mudah-mudahan pemerintahan 5 tahun mendatang dipegang orang-orang yang tepat, karena mestinya inilah saat yang ideal untuk membangun kembali setelah periode reformasi. Lebih dari 10 tahun sudah negeri ini meninggalkan titik hitam krisis multidimensi. Dalam perjalanan 5 tahun ke depan akan terlihat secara fair : baik atau tidaknya kinerja pemerintahan. Tidak ada lagi bayang-bayang orde baru, tidak ada lagi bayang-bayang periode transisi. Mata rantai boleh dikatakan telah terputus dan tatanan telah tertata ulang.
Satu pe-er besar masa kini adalah bagaimana dapat eksis di tengah konstelasi perekonomian internasional. Kemerdekaan bangsa ditentukan dari ketangguhan kita menghadapi persaingan global. Indikator yang dapat kita tangkap sebagai orang awam adalah nilai tukar Rupiah. Yang lain mungkin perbandingan antara ekspor dan impor.
Dan, krisis global adalah tantangan pertamanya..
* Catatan :
Terimakasih kepada yang secara sengaja memilih golput, kiranya sudah tercapai tujuan mereka : delegitimasi pemilu. Banyak partai yang telah menyadari ini (kemenangan golput), semoga para anggota legislatif yang nanti duduk di gedung dewan itu melakukan perubahan mentalitas dalam tugasnya sebagai wakil rakyat.
Bagi warga yang ikut memilih, golput adalah sikap yang pasif, karena dengan memilih kita tidak hanya sekedar mengharap, tapi berupaya melahirkan tangan-tangan yang diharapkan mampu menegakkan kebaikan, menyuarakan keadilan, dan memberantas kebobrokan bangsa.
Bagaimanapun tidak akan ada titik temu langsung(antara pemilih dan golput), yang penting semua memiliki tujuan yang sama: indonesia yang lebih baik. Tentu saja apabila tidak didasari pada kepentingan golongan dan sesaat belaka.
Satu hal lagi, syukurlah banyak sekali partai yang perolehan suaranya di bawah parliamentary threshold. Sudahlah cukup 9 atau 10 saja partai untuk pemilu selanjutnya, atau bisa lebih sedikit lagi. Karena semakin banyak partai hanya akan menunjukkan kelas rendahan perpolitikan di negara ini!
Thursday, April 2, 2009
Situ Gintung
Situ Gintung tak ubahnya seperti tragedi tsunami Aceh dalam skala lokal. Air bah menerjang di pagi hari merenggut banyak jiwa. Kepergian para korban dan tangis kesedihan keluarga yang ditinggalkan sungguh tidak akan membawa makna manfaat apabila kita tidak mengambil hikmahnya.
Ada beberapa hal yang dapat kita ambil pelajaran. Pertama, bahwa bencana itu terjadi di pagi hari. Tentu kita ingat, 2 bencana sebelumnya juga terjadi di pagi hari yaitu tsunami aceh dan gempa di yogyakarta. Ketiga-tiganya telah merenggut banyak korban karena kebanyakan dari mereka tidak terjaga saat bencana datang. Dalam kondisi masih tertidur, tentu kesiapan pikiran dan tingkat spontanitas sangat rendah saat terbangun oleh suara / getaran bencana. Ada baiknya kini kita perlu membiasakan budaya bangun pagi, karena setidaknya hal itu juga baik untuk kesehatan tubuh kita. Bagaimanapun takdir tidak bisa kita hindari bila sudah saatnya, akan tetapi pikiran sadar kita selalu berhak untuk menghindarkan diri kita dari ancaman dan ketakutan.
Kedua, kebersamaan dengan keluarga dan masyarakat sesungguhnya adalah pemberian/ anugerah tiada terkira dari Tuhan, bukan suatu hak. Hari ini kita mungkin sedang bercanda ria atau berselisih dengan anggota keluarga, tetapi besok tidak ada jaminan masih bersama mereka lagi. Itu mungkin yang dialami oleh sebagian korban Situ Gintung. Sebelumnya mungkin tidak terpikirkan sama sekali, kejadian dahsyat akan menimpa mereka. Karenanya, haruslah kita mensyukuri setiap kebersamaan dengan penuh kasih sayang dan menghindari permusuhan. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, semua tidak luput dari resiko ini. Apabila bencana datang, rumah akan rusak dan mobil mewah berserakan bak sampah. Apa yang patut dibanggakan dari hidup yang bukan berjalan dalam pengetahuan dan perencanaan kita?
Ketiga, inilah sisi kelam bangsa ini, di mana kita belum memiliki kesadaran untuk melakukan antisipasi. Benar-benar masih banyak yang luput dari pengamatan, atau tidak cermat dalam menyusun skala prioritas ??!! Bagaimana metodologi dan kinerja di departemen itu, bukankah mereka memiliki divisi penelitian dan pengembangan untuk menentukan mana-mana proyek yang urgent ? Atau apakah mereka tidak cukup punya teknologi untuk mengevaluasi sesuatu obyek sipil? Sungguh mengherankan... Kenapa obyek vital peninggalan Belanda yang jelas-jelas berusia lebih dari 50 tahun itu tidak di direhabilitasi kekuatan konstruksinya. Huh, kalau saja kabinet tidak berada di ujung masa kerja, mundurnya sang Menteri PU adalah keharusan !!
Berbicara lebih luas dari sudut ini, kiranya sangat beralasan untuk merasa aneh terhadap pengalokasian anggaran belanja negara kita. Bagaimana dasar penetapan APBN sehingga anggaran pendidikan mendapatkan angka sebesar 20% ??? Apakah pantas kita bangga telah mengucurkan dana yang besar di sektor pendidikan sementara masih banyak ancaman jiwa di sekeliling kita ? Apakah telah cukup anggaran di bidang pembangunan fisik dasar sehingga jiwa kita mendapatkan perlindungan yang memadai ? Dan lagi, apakah segenap jajaran pendidikan sudah siap mengelola kucuran dana sebanyak itu?? Ketergesa-gesaan penerapan anggaran tanpa didahului analisa yang cermat hanya akan mengakibatkan kebocoran di mana-mana !! Seharusnya perlu tahapan-tahapan yang harus dilalui agar anggaran dapat terserap secara efektif dan efisien. Seharusnya ditinjau kembali model penerapan anggaran yang secara membabi buta itu.
Bagaimanapun, keselamatan jiwa harus didahulukan sebelum pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang lain. Kalau kita mencermati ”fasilitas-fasilitas” publik di sekitar kita, sungguh kekurangan ada di sana sini. Di bidang transportasi misalnya, sering kita temui lebar jalan yg tidak sesuai kapasitas lagi, pengaman jalan tepi jurang/sungai tidak ada, trotoar tidak ada, rel kereta tanpa palang pintu dll. Di bidang lain kita juga temui : sungai-sungai yang mengalami pendangkalan sehingga banjir tahunan terus meluas, lemah / minimnya aparat dalam mengendalikan keamanan di masyarakat, sampai pada sulitnya akses kesehatan bagi warga miskin, semua itu perlu mendapat perhatian khusus (baca : anggaran khusus).
Penerapan teknologi dan sistem automatisasi pada fasilitas publik juga patut diutamakan di pos-pos yang rawan terjadinya human error ataupun rawan adanya sabotase pihak ketiga (kriminalitas). Seringkali kecelakaan (misalnya di sektor transportasi) terulang gara-gara minimnya support teknologi dan keteledoran petugas di lapangan, kecelakaan yang mana tidak / jarang terjadi di negara-negara maju. Saatnya memanfaatkan teknologi untuk meminimalisir dampak bencana, tidak hanya terhadap bahaya tsunami saja diaplikasikan teknologi tinggi (early warning system).
Bercermin dari serentetan bencana yang berakhir di Situ Gintung, tidak ada pilihan lain, Indonesia harus mempertajam sensitivitas di semua bidang, di setiap departemen, untuk lebih memastikan tidak adanya faktor kesalahan pengelolaan sehingga dapat meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Tidak sekedar latah hanya mengurusi waduk di setiap daerah, tp juga wajib segera menilik berbagai bidang yg lain : kesehatan, makanan, sosial, hukum dan kriminalitas, dll. Dengan demikian semoga di masa mendatang Indonesia tidak ada lagi kekagetan-kekagetan akibat bencana yang berada di luar pengamatan kita. Karena bencana bukanlah bencana alam semata, tetapi banyak hal yang dapat menyebabkan kebinasaan dan kesengsaraan manusia, dari yang kasat mata, hingga yang bersifat laten : bencana moral.
Tuesday, March 10, 2009
Rupiah dari Emosi si Bintang Cilik di Media Televisi
Sudah menjadi resep umum, keberhasilan suatu acara kontest idola tidak luput dari adanya unsur emosional yang kental di dalamnya. Masyarakat diajak untuk larut dalam suasana mendukung seorang bintang favoritnya agar dapat melaju ke babak selanjutnya. Untuk tujuan itu, dibuatlah segala sesuatunya agar menciptakan suatu kesan drama emosi yang di dalamnya ada tawa, tangis, tegang, kaget, sedih, gemas, dll. Semakin emosi pemirsa teraduk-aduk maka diyakini akan semakin tinggi pula rating acara, dan yang tidak kalah penting adalah semakin banyak sms dapat terjaring.
Sesi pengumuman nilai pun tidak luput dari obyek dramatisasi ini, bahkan tampaknya menjadi spot yang sangat berpengaruh. Berbagai bentuk skenario pengumuman dibuat, dari yang mengundang gelak tawa, hingga yang dirancang untuk mengundang tangisan (bila perlu sampai pingsan).
Idola Cilik, sebagai kontest idola yang diikuti oleh anak-anak, ternyata juga menjadi sasaran ini. Di sesi pemberian rapor nilai tersebut diketengahkan adegan yang sangat menegangkan bila diukur dari kapasitas psikologis anak-anak yang rata-rata berusia 6 tahun.
Rangkaian ceritanya adalah, seorang peserta diminta berdiri sendirian di tengah panggung. Diiringi alunan musik yang beritme monoton dan tegang, si bocah berdiri cukup lama layaknya orang yang menunggu hukuman. Presenter pun dari kejauhan memainkan perannya dengan memberikan kata pengantar yang bertele-tele dan menggunakan uraian kata dan logat yang sangat serius. Peserta kemudian diberikan kertas kotak besar simbol dari buku rapor. Setelah menerima "buku" itu, peserta tidak boleh langsung melihat hasilnya, tetap harus menanti dan melewati lagi suasana yang memacu detak jantung.
Menghadapi moment itu, kebanyakan dari peserta yang belum punya dosa itu terlihat tegang. Selain karena image - yang diciptakan - bahwa kekalahan sangat menyedihkan, juga karena rentang waktu terhitung demikian lama untuk sekedar mendapatkan kepastian hasil. Kadang bahkan diselipkan iklan!
Tampak sekali ketegangan dan ketakutan mereka walaupun mencoba membalutnya dengan senyuman. Sepertinya itulah yang diharapkan oleh produser acara agar pemirsa merasa iba. Maka sang kameramen akan men-close-up raut si bocah agar masyarakat bisa menangkap betapa si bocah begitu "merana"...
Kenapa anak-anak diperlakukan seperti itu? Dengan kondisi psikologis yang masih dini, hal itu sangat mungkin menimbulkan trauma meskipun mereka terbiasa beraksi di depan ribuan orang. Bernyanyi dan menari sangat berbeda keadaannya dengan berdiri kaku dan di"hakimi".
Menjadi teringat pada suatu kontest idola kelas dewasa, seorang ibu dari peserta gadis remaja bisa jatuh pingsan lantaran sangat larut dalam skenario dramatisasi di acara tersebut. Nah, si ibu saja bisa sedemikian rapuh menghadapi ketegangan, lantas bagaimana dengan nasib anak-anak itu?
Begitukah gambaran dunia pertelevisian kita saat ini? Masih banyak yang perlu disoroti di luar fenomena si Ponari yang dipandang beberapa pihak sebagai sebuah kasus eksploitasi anak.
Friday, March 6, 2009
SMS atau Email bertuah
Bulan-bulan yang lalu pun ada beberapa email sejenis, bahwa siapa yang mem'forward' akan mendapat keberuntungan besar, sedang yang tidak mengindahkan / mendelete dikabarkan akan ditimpa bencana.
Secara umum, SMS atau email semacam itu biasanya mengandung beberapa point :
1. Kebanyakan isinya bermuatan religi yang baik dan mengajak kebaikan. Kadang merupakan respon terhadap problema aktual yang seharusnya dapat memberikan penyadaran spiritual yang sangat bermanfaat.
2. Keharusan untuk memforward, disertai ancaman dan janji yang disampaikan dengan mengkait-kaitkan unsur keagamaan, ada yang disertai bukti-bukti kejadian yang kebenaran dan keterkaitannya patut diragukan.
3. Kadang menyertakan nama nabi atau tokoh agar nilai pesan semakin kuat dan berpengaruh.
Beberapa motivasi yang mungkin melatarbelakangi pembuatan email atau sms itu di antaranya :
1. Keprihatinan akan kondisi sosial atau umat, sehingga ingin mengingatkan masyarakat agar kembali ke jalan yang benar. Mungkin pesan orisinilnya tanpa embel-embel seruan untuk memforward, lalu di tangan berikutnya dikembangkan penambahan-penambahan.
2. Iseng, sekedar untuk mendapatkan kepuasan bahwa 'karya'nya akan menyebar luas. Mereka ini tidak memahami agama dengan baik, sehingga merangkai-rangkai kata dengan serampangan dan bahkan mencetuskan hukum sendiri.
3. Kepentingan bisnis pihak tertentu, bisa jadi.
Bagaimana dampak yang akan ditimbulkan :
1. Pesan intinya akan sangat kecil atau bahkan tidak ada dampaknya ke masyarakat. Yang terjadi adalah orang lebih terfokus pada pesan 'sekunder'nya, yaitu soal keajaiban akibat memforward.
2. Sebagian orang memperlakukannya seperti mantra. Di sini pesan itu akan langsung diforwardkan, begitu dijunjung tinggi. Bukannya akan merubah prilaku dengan menjalankan pesan inti dengan baik, tapi malah menunggu sesuatu yang akan terjadi. Hal ini berpotensi menimbulkan kesyirikan, yaitu percaya adanya kekuatan supranatural dari selain Tuhan. Karena, tentu dia tahu bahwa Tuhan tidak pernah memberikan janji-janji yang akan datang pada 1 hari lagi, 2 hari lagi, seminggu lagi dll. Apabila dia belum pernah tahu tentang firman Tuhan dalam kitab suci, maka janji-janji dalam SMS atau email akan mengakibatkan kesesatan baginya.
3. Pemahaman terhadap agama akan mengering. Nilai-nilai agama seharusnya diterapkan secara luas dalam kehidupan yang nyata. Efek yang ditimbulkan dari kehidupan beragama yang baik, tidaklah tanpa sebab dan tidak pula datang dengan sekonyong-konyong. Hal-hal yang bersifat mu'jizat nyata tidak akan terjadi, kecuali bila terdapat dalam kitab suci dan itupun akan sangat langka. Akan tetapi, bagi orang yang percaya dengan SMS / email tersebut, mereka akan menganggap bahwa agama harus mendatangkan keajaiban instant. Apabila setelah memforward SMS lalu tidak muncul keajaiban, boleh jadi keyakinannya terhadap agama akan berkurang.
4. Spam. Sebagian orang akan menganggapnya spam.
Masyarakat luas mestinya memahami bahwa sistem penyebaran informasi baik melalui SMS maupun email bukanlah sistem yang dapat dipertanggungjawabkan. Sistem ini sesungguhnya tidak berbeda dengan tradisi penyebaran berita dari mulut ke mulut, karena SMS atau email bisa diedit dengan mudah. Jangankan kata-kata, foto/video/rekaman suara saja sangat mungkin dimanipulasi dengan rapi.
Tuesday, February 24, 2009
Pak Harto vs Mahathir
Bicara terbatas soal harta dan ilmu, konon faktor itulah yang membedakan antara kita dan malaysia, khususnya di masa kepemimpinan Orba.
Soeharto melapangkan jalan bagi imperium bisnis anak dan kroninya, sedang Mahathir membangun super multi media corridor untuk visi negara teknologi dan informasi.
Di Indonesia pendidikan dianak-tirikan, tidak ada visi yang jelas mewujudkan knowledge society, sedangkan Malaysia telah mencetuskan pentingnya ilmu pengetahuan untuk mendorong pembangunan. Menurut Mahathir, pengetahuan adalah kunci kesejahteraan.
Begitulah sepertinya, Pak Harto mengajak rakyat untuk berlomba-lomba menjadi juragan, siapa yang kaya dia yang dianggap berhasil. Siapa yang mendalami ilmu tetapi tidak juga kaya, maka tidak ada "tempat" untuknya. Barang-barang konsumsi lalu menjadi indikasi keberhasilan. Mobil-mobil berkelas diimport, berbeda dengan malaysia yang bangga dengan mobil dalam negeri.
Belakangan indonesia ingin tampil dengan IPTN-nya, tapi karena basis teknologi yang dimiliki kurang (sebagian besar spare part masih diimport) akhirnya kandas juga.
Di akhir epiode, Soeharto harus tunduk di hadapan IMF, sementara Mahathir jauh-jauh hari menolak IMF karena merasa bisa tegak sendiri menghadapi krisis moneter kala itu.
Kini 10 tahun sudah berlalu, tapi memang sulit untuk merubah tabiat yang sudah mengakar..
Sunday, February 22, 2009
Partai Politik
Organisasi yang menjadi spesies baru pemangsa manusia
Ikut aku, ikut aku, karena akulah yang paling baik!
Heeh.. apa betul yang terbaik? Yakinkah mereka itu?
Siap berjuang demi rakyat, demi bangsa! Indonesia akan jaya dengan kepemimpinan kami !
Hehe, kurasa mereka gemar bercanda.
Sadar tidak, ini negara dua ratusan juta nyawa di juta-an km2?
Terlalu banyak spekulan, apa yang sedang mereka pikirkan??
Ya, atas nama demokrasi
Parpol berkeliaran, capres berhamburan.
hei ada apa ini?
Indonesia tak butuh koleksi puluhan visi misi!
Banyak partai..
Banyak intoleransi..
Banyak egoisme..
Gagal interaksi, lalu mendirikan kerajaan sendiri.
Sumpah..!
Sikap yang rendah bila menggiring rakyat pada pilihan yang lebih parah!!!
Friday, February 20, 2009
blog problem is solved
Jadi setelah aku remove gadget "astronomy picture of the day", baru normal lagi deh blog ini.
Susah juga ya ngeblog. Banyak yang belum aku ketahui...
Monday, February 16, 2009
Krisis global itu..
Sunnatulloh (hukum alam) pasti berlaku, dari level mikro hingga makro. Manusia bisa berencana, tapi Tuhan yang berkuasa. Sehebat apapun Amerika yang telah didukung dengan ribuan ahlinya dalam teknik studi analisis, evaluasi, dan perencanaan yang paling komprehensif, bisa gagal juga karena berlandas pada tabiat keserakahan kapitalisme.
Hukum yang salah cepat atau lambat akan mendapatkan pelajarannya karena proses kesetimbangan pasti terjadi. Semakin ada ketimpangan suatu sistem terhadap sistem yang maha benar, semakin sakit pula dalam mengalami proses penyembuhan.
Sekarang, kita yang ada di Indonesia juga merasakan dampaknya, karena kita juga bagian dari sistem dunia yang kapitalis itu. PHK massal, pemulangan TKI, efisiensi dimana-mana sudah mulai menerkam negeri ini. Semoga kita tidak merasakan dampak yang terlalu parah..
Sebenarnya gimana sih asal muasal krisis global itu? Klik di sini.
Kronologis Krisis Global
Sebab-sebab Krisis Global dan Dampaknya terhadap Indonesia (Kwik Kian Gie)
Bahwa terjadi krisis maha dahsyat di Amerika Serikat yang menyebar ke semua negara di dunia sudah sangat banyak kita baca. Namun tidak banyak yang menjelaskan tentang sebab-sebabnya, dan juga tidak banyak yang menguraikan tentang landasan dari sebab-sebab itu, yaitu mashab pikiran atau ideologi yang memungkinkan dipraktekannya cara-cara penggelembungan di sektor keuangan.Tentang yang pertama, media massa di negara-negara maju banyak yang mengulasnya. Intinya sebagai berikut.
Bank hipotik yang mengkhususkan diri memberikan kredit untuk pembelian rumah, dengan sendirinya mempunyai tagihan kepada penerima kredit yang menggunakan uangnya untuk membeli rumah. Jaminan atas kelancaran pembayaran cicilan utang pokok dan bunganya adalah rumah yang dibiayai oleh bank hipotik tersebut. Kita sebut tagihan ini tagihan primer, karena langsung dijamin oleh rumah, atau barang nyata. Tagihannya bank hipotik kepada para penerima kredit berbentuk kontrak kredit yang berwujud kertas. Istilahnya adalah pengertasan dari barang nyata berbentuk rumah. Karena kertas yang diciptakannya ini mutlak mewakili kepemilikan rumah sebelum hutang oleh pengutang lunas, maka kertas ini disebut surat berharga atau security. Pekerjaan mengertaskan barang nyata yang berbentuk rumah disebutsecuritization of asset.
Katakanlah bank hipotik ini bernama Bear Sterns. Bear Sterns mengkonversi uang tunainya ke dalam kewajiban cicilan utang pokok beserta pembayaran bunga oleh para penghutang atau debitur. Jadi uang tunai atau likuiditasnya berkurang. Namun Bear Sterns memegang surat berharga atau security yang berbentuk kontrak kredit atau tagihan kepada para debiturnya. Bear Sterns mengelompokkan surat-surat tagihan tersebut ke dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompoknya mengandung surat tagih dengan tanggal jatuh tempo pembayaran yang sama. Setiap kelompok ini dijadikan landasan untuk menerbitkan surat utang yang dijual kepada Lehman Brothers (misalnya) dan bank-bank lain yang semuanya mempunyai nama besar. Yang sekarang dilakukan oleh Bear Sterns bukan menerbitkan surat piutang, tetapi surat janji bayar atau surat utang. Atas dasar surat piutang kepada ratusan atau ribuan debiturnya, Bear Sterns menerbitkan surat utang kepada Lehman. Uang tunai hasil hutangnya dari Lehman dipakai untuk memberi kredit lagi kepada mereka yang membutuhkan rumah. Seringkali untuk membeli rumah kedua, ketiga oleh orang yang sama, sehingga potensi kreditnya macet bertambah besar.
Penerbitan surat berharga berbentuk surat janji bayar atau promes disebut securitization of security. Bahasa Indonesianya yang sederhana “mengertaskan kertas.” Surat berharga ini kita namakan surat berharga sekunder, karena tidak langsung dijamin oleh barang yang berbentuk rumah, melainkan oleh kertas yang berwujud surat janji bayar oleh bank hipotik yang punya nama besar.
Lehman memegang surat utang dari Bear Sterns dan juga dari banyak lagi perusahaan-perusahaan sejenis Bear Sterns. Seluruh surat ini dikelompokkkan lagi ke dalam wilayah-wilayah geografis, misalnya kelompok debitur California, kelompok debitur Atlanta dan seterusnya. Oleh Lehman kelompok-kelompok surat-surat utang dari bank-bank ternama ini dijadikan landasan untuk menerbitkan surat utang yang dibeli oleh Merril Lynch dan bank-bank lainnya dengan nama besar juga. Kita namakan surat utang ini surat utang tertsier.
Demikianlah seterusnya, satu rumah sebagai jaminan menghasilkan uang tunai ke dalam kas dan bank-bank ternama dengan jumlah keseluruhan yang berlipat ganda. Media massa negara-negara maju menyebutkan bahwa bank-bank tersebut melakukan sliced and diced, yang secara harafiah berarti bahwa satu barang dipotong-potong dan kemudian masing-masing diperjudikan. Maka banyak bank yang debt to equity ratio-nya 35 kali.
Sekarang kita bayangkan adanya pembeli rumah yang gagal bayar cicilan utang pokok beserta bunganya. Kalau satu tagihan dipotong-potong (sliced) menjadi 5, yang masing-masing dibeli oleh bank-bank yang berlainan, maka gagal bayar oleh satu debitur merugikan 5 bank. Ini sebagai contoh. Dalam kenyataannya bisa lebih dari 5 bank yang terkena kerugian besar, karena kepercayaan bank-bank besar di seluruh dunia kepada nama-nama besar investment banks dan hedge funds di AS.
Dampak pertama adalah bahwa bank tidak percaya pada bank lain yang minta kredit kepadanya melalui pembelian surat berharganya. Ini berarti bahwa bank-bank yang tadinya memperoleh likuiditas dari sesama bank menjadi kekeringan likuiditas, sedangkan bank-bank yang termasuk kategori investment bank atau hedge fund tidak mendapatkan uangnya dari penabung individual, tetapi dari bank-bank komersial atau sesama investment bank atau sesama hedge funds. Jadi dampak pertama adalah kekeringan likuiditas.
Dampak kedua adalah bahwa bank yang menagih piutangnya yang sudah jatuh tempo tidak memperoleh haknya, karena bank yang diutanginya tidak mampu membayarnya tepat waktu, karena pengutang utamanya, yaitu individu yang membeli rumah-rumah di atas batas kemampuannya memang tidak mampu memenuhi kewajibannya. Lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat dengan sadar memberikan kredit rumah kepada orang yang tidak mampu. Itulah sebabnya namanya subprime mortgage. Sub artinya di bawah. Prime artinya prima atau bonafid. Jadi dengan sadar memang memberikan kredit rumah kepada orang-orang yang tidak bonafid atau tidak layak memperoleh kredit. Bahwa kepada mereka toh diberikan, bahkan berlebihan, karena adanya praktek yang disebut sliced and diced tadi. Dampak kedua ini, yaitu bank-bank gagal bayar kepada sesama bank mengakibatkan terjadinya rush oleh bank-bank pemberi kredit, antara lain kepada Lehman Brothers. Maka Lehman musnah dalam waktu 24 jam.
Ketika surat utang inferior yang disebut subprime mortgage macet, barulah ketahuan bahwa begini caranya memompakan angin ke dalam satu surat utang yang dijual berkali-kali dengan laba sangat besar.
Ketika balon angin keuangan meledak, Henry Paulson sudah menjabat menteri keuangan AS. Dia melakukan tindakan-tindakan yang buat banyak orang membingungkan, tetapi buat beberapa orang, dia manusia yang hebat, tegas, dan menurutnya sendiri bersenjatakan bazooka. (Newsweek tanggal 29 September 2008 halaman 20). Ada alasan untuk menganggapnya orang hebat. Dia mahasiswa Phi Beta Kappa dari Dartmouth. Penghubung antara gedung putihnya Nixon dan Departemen Perdagangan. MBA dari Harvard, bergabung dengan Goldman Sachs Chicago di tahun 1974, menjadi CEO-nya dari 1998 sampai 2006. Dan sekarang menteri keuangan AS.
Maka dialah yang ketiban beban berat menghadapi krisis yang maha dahsyat yang sedang berlangsung. Tindakan-tindakannya seperti semaunya sendiri atau bingung. Dia memfasilitasi JP Morgan untuk membeli Bear Sterns dengan harga hanya US$ 2 per saham, yang dalam waktu singkat direvisi menjadi US$ 10. Fannie Mae dan Freddie Mac, perusahaan quasi milik pemerintah telah memberikan jaminan kredit sebesar US$ 5,4 trilyun. Untuk menyelamatkannya dua perusahaan penjaminan kredit tersebut dibeli oleh pemerintah dengan jumlah uang US$ 80 milyar. Lehman Brothers disuruh bangkrut saja. Merril Lynch dijual kepada Bank of America. Akhirnya dia menyodorkan usulan supaya pemerintah AS menyediakan uang US$ 700 milyar untuk menanggulangi krisis. Kongres marah, karena alasan ideologi. Bagaimana mungkin bangsa yang kepercayaannya pada keajaiban mekanisme pasar bagaikan agama mendadak disuruh intervensi dengan uang yang begitu besar? Wall Street guncang luar biasa. Kongres rapat lagi dan “terpaksa” menyetujui usulan Hank Paulson dan Bernanke, Presiden Federal Reserve, supaya pemerintah AS menggunakan uang rakyat pembayar pajaknya sebesar Rp 700 milyar untuk mencoba menyelesaikan masalah keuangan yang maha dahsyat itu. Saya katakan mencoba, karena setelah disetujui, Wall Street tetap saja terpuruk.
Maka masyarakat menjadi panik, kepercayaan kepada siapapun hilang. Dengan adanya pengumuman bahwa perusahaan-perusahaan besar dengan nama besar dan sejarah yang panjang ternyata bangkrut, saham-sahamnya yang dipegang oleh masyarakat musnah nilainya. Masyarakat bertambah panik.
Seperti telah dikemukakan sangat banyak kertas-kertas derivatif diciptakan oleh bank-bank dengan nama besar, sehingga tanpa ragu banyak bank-bank besar di seluruh dunia membelinya sebagai investasi mereka. Kertas-kertas berharga ini mendadak musnah harganya, sehingga banyak bank yang menghadapi kesulitan sangat kritis.
Dampaknya terhadap Indonesia
Secara rasional dampaknya terhadap Indonesia sangat kecil, karena hubungan ekonomi Indonesia dengan AS tidak ada artinya. Praktis tidak ada uang Indonesia yang ditanam ke dalam saham-saham AS yang sekarang nilainya merosot atau musnah. Hanya milik orang-orang Indonesia kaya dan super kaya yang tertanam dalam saham-saham perusahaan-perusahaan AS. Uang inipun jauh sebelum krisis sudah tidak pernah ada di Indonesia.
Dampak yang riil dan sekarang terasa ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka membutuhkan uangnya di negaranya masing-masing. Maka IHSG anjlok. Uang rupiah hasil penjualannya dibelikan dollar, yang mengakibatkan nilai rupiah semakin turun. Namun sayang bahwa kenyataan yang kasat mata ini tidak mau diakui oleh pemerintah, sehingga pemerintah memilih membatasi Bursa Efek dalam ruang geraknya dengan cara mengekang Bursa Efek demikian rupa, sehingga praktis fungsi Bursa Efek ditiadakan.
Kebijakan lain ialah mengumumkan memberikan jaminan keamanan dan keutuhan uang yang disimpan dalam bank-bank di Indonesia sampai batas Rp 2 milyar. Ini sama saja mengatakan kepada publik di seluruh dunia supaya jangan menyimpan uangnya di bank-bank di Indonesia yang melebihi Rp 2 milyar.
Karena pengaruh teknologi informasi yang demikian canggihnya, semua berita-berita tentang krisis yang melanda negara-negara maju dapat diikuti. Pengaruh psikologisnya ialah kehati-hatian dalam membelanjakan uangnya yang berarti konsumsi akan menyusut dengan segala akibatnya.
Setelah Bank Indonesia menjadi independen ada kecenderungan terjadinya ego sektoral. Karena tugas pimpinan BI terfokus pada menjaga stabilitas nilai rupiah dan menjaga tingkat inflasi, semuanya dipertahankan at any cost. Maka di banyak negara maju yang menjadi cikal bakal pikiran independennya bank sentral menurunkan tingkat suku bunga, di Indonesia dinaikkan sangat tinggi yang lebih memperpuruk sektor riil yang sudah terpuruk karena menurunnya drastis permintaan dari negara-negara tujuan ekspor.
Hal yang kurang dipahami adalah faktor-faktor, kekuatan-kekuatan serta mekanisme yang bekerja setelah meletusnya gelembung angin (bubble) keuangan menyeret perekonomian global ke dalam spiral yang menurun.
Sejak lama kita mengenal adanya gejala gelombang pasang surutnya ekonomi atau business cycle atau conjunctuur yang selalu melekat pada sistem kapitalisme dan mekanisme pasar. Cikal bakal tercapainya titik balik teratas menuju pada kemerosotan, dan sebaliknya, cikal bakal tercapainya titik balik terendah menuju pada kegairahan dan peningkatan ekonomi bisa macam-macam. Tetapi pola kemerosotan dan pola peningkatannya selalu sama.
Seberapa besar pemerintah mempunyai kemampuan mempengaruhinya tergantung pada struktur ekonomi dalam aspek perbandingannya antara ketersediaan modal dan ketersediaan tenaga kerja. Bagian ini dari ekonomi tidak banyak dibicarakan oleh para ahli. Apakah karena mereka kurang paham, ataukah gejala business cycle sudah mati, sudah kuno dan tidak berlaku lagi?
Saturday, February 14, 2009
Bisakah berUbAh
Ini menyentuh ranah psikologis perkembangan manusia. Baiknya kita tengok dikit ilmunya.. Ini bukan soal "kedewasaan mental", karena sepertinya gak ada keterkaitan yang signifikan. Orang yang sudah dewasa secara mental, tetep aja bisa jadi orang biasa.
Tapi.. kalau membahas soal perubahan mental, faktor usia sangat berpengaruh..
Menurut Harvey A. Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day”(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam “Developmental Psycology”(1980), terdapat suatu fase psikologi Dewasa yang akan dialami setiap manusia, sebagai berikut:
Masa Dewasa Awal (Early Adulthood) : 21 - 40 tahun
Adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood) : 40 - 60 tahun
a) Merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
b) Merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
c) Masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
Masa Usia Lanjut ( Later Adulthood) : 60 tahun <
Masa ini ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
Melihat uraian di atas, kita berada di fase kedewasaan awal sehingga mestinya perubahan masih sangat mungkin kita lakukan, seiring dengan banyaknya potensi "konflik" yang kita hadapi di fase ini. Berbeda ketika kita sudah lepas dari usia 40 tahun, kemungkinan untuk berubah sangat kecil, karena pada periode itu adalah saat kita mulai fokus pada suatu prestasi, atau kita akan terjebak dalam stagnasi.. Di lain pihak, faktor keluarga yang terbentuk pada usia 40 tahun ke atas akan seperti kapal besar, menyebabkan perubahan arah tidak bisa sedrastis yang diinginkan.
Sekarang, mari kita tengok 1 dari 10 masalah psikologis manusia (yang beredar luas di internet) yaitu tentang “racun” dan “antibodi” :
Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.
Antibodinya : Ambisi
Cara : Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi di masa depan kita. kita akan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.
Berbicara tentang stagnasi, rasanya tidak perlu menunggu kita berusia 40 tahun, karena bisa jadi di usia kita ini penyakit stagnasi sudah mulai menghampiri kita.
Yup! saya setuju bahwa perubahan adalah melawan stagnasi, dan ternyata menurut mereka jawabannya adalah ambisi ! Tapi, menumbuhkan ambisi gak gampang juga. Ambisi tidak akan tumbuh tanpa ”wawasan” dan tanpa ”instrumen”. Dengan kata lain, ambisi tidak akan muncul kalau tidak ada iming-iming dari luar diri kita. Jelas susah untuk memunculkan ambisi bisa tumbuh tanpa kondisi yang spesial. Misal, kondisi lingkungan sosial yang tanpa ambisi, jelas sulit akan memunculkan pribadi yang berambisi pula. Kondisi sosial yang datar tanpa ada terpaan ekstrim juga tidak akan kuat menghasilkan perubahan mental yang ekstrim. Gambaran untuk kasus ini adalah - sebagaimana diyakini banyak orang – seperti hukum fisika pada permainan bola karet. Semakin keras bola karet membentur lantai, maka semakin tinggi pula ia terbang...
Ambisi juga tak akan muncul tanpa tahu cara mencapainya. Ibarat ingin menyeberangi lautan tanpa ada perahu atau tanpa ada sebatang kayu, maka keinginan itupun akan segera sirna ketika mencoba berenang tapi ketika masih berada di tepi pantai merasakan kepayahan. Sekarang, gimana kalau ambisi yang kita miliki biasa-biasa aja, akankah kita dapat berubah menjadi orang yang luar biasa? Menurutku, kalau kita ingin berubah, caranya tidak sulit, "jerumuskanlah" diri kita sendiri pada keadaan yang membuat ambisi kita berkobar kuat..
Oleh Purdi Chandra, sepertinya hal tersebut telah diajarkan di setiap seminar dan di kelas Entrepeneur University-nya dengan tantangan-tantangan untuk keluar dari pekerjaan, berhentilah jadi employee! Ajukan pinjaman dana usaha dalam jumlah besar ke Bank! hehehe Tapi… benarkah menjadi orang yang luar biasa harus menjadi Orang yang terkenal atau Pengusaha Kaya Raya?? Saya jadi teringat, beberapa waktu lalu di radio saya mendengar ceramah seorang Motivator terkenal bercerita tentang seorang pegawai hotel yang tugasnya memeriksa kelayakan engsel pintu. Kala itu sang Motivator itu mencontohkan bahwa si pegawai hotel adalah sosok seseorang yang luar biasa, karena sang pegawai hotel melakukan pekerjaan yang sederhana dengan penuh ketekunan dan disertai pemahaman makna yang mendalam akan arti penting tugasnya itu....
Wow, Ruarrr Biasa!! (.....??)
Saturday, February 7, 2009
P r o f e s i . . . ?
Duduk di kelas 3 SMU 1 Pati mengikuti program IPA, it’s ok. Kuliah ambil Arsitektur? Hmm.. I don’t think so. Enggak fatal sih, tapi itu bukan pilihan yang aku sengaja. Maunya masuk di Elektro, Komputer, atau Informatika. But, sebuah insiden terjadi yang kemudian aku terima saja dengan ringan.Kuliah di Arsitektur UNS Solo pun aku jalani dengan sewajarnya.
Begitu lulus, aku kerja di bidang konstruksi umum, dan ternyata enjoy juga menjalaninya. Sampai akhirnya di tahun ke 3, aku berada di akhir proyek Rumah Susun Parung Panjang - Bogor yang kita kerjakan (kontraktor PT. Istaka Karya).. Btw, gimana ya nasib Rusun itu, jangan-jangan belum berpenghuni?? :(
Sampai suatu saat...tawaran unik datang, kerja di marketing, pure marketing! Dengan berbagai pertimbangan..dan...ok! akupun menyatakan sanggup dalam 1 atau 2 hari kemudian (waktu berfikir yang tidak lama untuk keputusan yang sangat penting). Walaupun dengan tanda tanya terus berkecamuk di kepala, tapi sungguh, ini bener-bener tantangan! Aku pikir ini sebuah pergantian haluan di usia 28 tahun. Terlambatkah?? Ah, siapa takut!
Tidak mudah memang, dengan bekal ilmu yang sangat minimal, tahu-tahu kerja sistem penjualan.. Suka duka kerja di marketing, sampai hari ini aku menjalaninya, 2 tahun berlalu sudah menjadi bagian dari sebuah keluarga besar cv. prestasi nusantara yang menjadi dealer Indosat. Well, kompleks juga permasalahannya, di luar dugaanku waktu pertama kali membayangkannya. Dan roda akan terus berputar. Saat ini telah hanyut dalam pekerjaan ini, tapi entah seperti apa lagi jalan di depan sana. Semoga aku tidak kapok untuk menghadapi tikungan seekstrim apapun. Bagaimanapun, sang pembuat jalan pasti sudah memperhitungkan kapasitas si pemakai jalan.
Kadang aku berfikir, hidup penuh dengan pilihan-pilihan. Cuman pilihannya sangat berbeda dengan pilihan di soal ujian waktu sekolah, a b c d e. Dalam kehidupan nyata, semua pilihan adalah benar, sepanjang kita melakukannya dengan benar juga, dengan kesungguhan. Jadi, jelas lebih gampang hidup ketimbang sekolah. Tapi sayangnya, pemikiran ini cuma kadang-kadang muncul, enggak setiap saat! :)
Jadi, apa ya profesiku sekarang, tell me please?? :D
Whatever, life is a wonderful journey!
Monday, January 26, 2009
tentang pekerjaan
Sebenarnya apa sih, hakekat pekerjaan itu? Menurutku, pekerjaan adalah apa yang kita lakukan untuk memenuhi hidup. Sesuatu yang dapat memenuhi hidup itu apa? Banyak hal yang mesti kita raih.
Makanan, kendaraan, rumah dan semua fasilitas hidup maksudnya?
Ya, tapi tidak hanya itu, kita juga wajib memenuhi kebutuhan emosional untuk kebahagiaan hidup..
Lhoh, bukannya setelah memiliki berbagai fasilitas hidup otomatis kita bisa memenuhi kebutuhan emosional?? Pengin ngerti ilmu rohani, tinggal ke ustadz atau beli buku agama. Pengin mencerdaskan anak, tinggal mensekolahkannya. Pengin melonggarkan pikiran, tinggal ambil beberapa hari untuk bertamasya dengan keluarga??
Betul, tapi itu sungguh tidak akan mencapai pemenuhan kebutuhan emosional yang paripurna. Kenapa? Karena kebutuhan emosional tidak berada di bawah bayang-bayang kebutuhan fisik. Bahkan, kebutuhan emosional adalah independen, lebih tinggi kadarnya.
Pekerjaan semestinya bisa ”berbuat” lebih banyak, ia mestinya dapat memenuhi kebutuhan emosi dan fisik dengan sekaligus. Anak-anak, maka pekerjaannya adalah bermain, belajar, makan, olah raga. Apabila sudah menginjak remaja, pekerjaannya adalah mengembangkan diri, bersosialisasi lebih luas, membina hubungan, di samping memenuhi kebutuhan fisiknya. Setelah dewasa, pekerjaannya adalah melakukan amal baik, melindungi keluarga, berkarya nyata, membela yang lemah, memajukan masyarakat bahkan negara, dan berbagai aktifitas lainnya yang dapat mengaktualisasikan dirinya secara maksimal.
Tampaknya kita perlu menata ulang terkait pekerjaan ini sehingga kita bisa keluar dari jebakan pemikiran yang sempit soal pekerjaan. Seiring dengan itu, kita akan menjadi manusia yang utuh dan dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Perihal uang, maka uang senantiasa akan mengikuti seseorang yang benar telah bekerja pada kehidupannya. Bukankah apabila dia telah bekerja dengan benar, maka banyak orang yang akan memerlukannya. Karena sesungguhnya uang hanyalah simbol ketergantungan di antara sesama manusia.
Dengan pola pikir demikian, rasa-rasanya tidak mungkin ada terbersit tindakan berselera rendah semacam korupsi. Bukan begitu?
Saturday, January 24, 2009
Sampai di sini
Bagaimana dengan cita-cita, rencana jangka panjang?
Betul, semisteri apapun hidup, mestinya kita bisa menciptakan ruang kecil yang dapat kita mengerti. Dengan rencana-rencana, arah hidup dapat kita intervensi.
Namun..... sepertinya selama ini aku sesekali mengarahkan perhatian pada isyarat lain dari "langit". Hal itulah, mungkin, yang membuat hidupku bagaikan perjalanan di gurun pasir, dimana yang tampak adalah jalur yang baru saja kita lewati.
Ya ya, sekarang sudah mulai aku mengerti. Rencana yang kita buat pada dasarnya adalah hasil dari pengetahuan kita yang sempit. Sedangkan di luar pengetahuan kita tentu terdapat sumber pengetahuan yang melampaui, yang sebagian informasinya dapat kita terima dalam bentuk signal-signal intuitif itu. Hanya saja, tetap layak untuk dipertanyakan, apakah signal yang mampu tertangkap itu benar adanya, berasal dari sumber yang benar?
Intuisi akan jernih diterima oleh antena yang peka, suatu hasil dari komunikasi yang terjalin antara kita dan sang pemilik alam ini.
Apabila rencana telah kita tetapkan, antena telah terpasang tinggi, seharusnya kita tak lagi risau dengan kondisi masa depan yang akan kita jalani. Maka, nikmatilah yang ada, berbahagialah apabila sewaktu-waktu harus berganti haluan. Semua wajib dilalui dengan keyakinan. Segala sesuatu biarlah berubah, asalkan tujuan hidupku tidak berubah ; life in happiness.
Jadi, meskipun langkah di gurun pasir kadang perlu menaiki bukit, berbelok arah, pandangilah langit. Di sanalah bintang memberi orientasi arah yang sebenarnya...
Monday, January 5, 2009
Setiap Orang sedang Membuktikan
BAIK
|
BURUK
|
|||
MENYENANGKAN
|
1
|
BATIN
|
2
|
BATIN
|
bersyukur
kepada Tuhan
|
Senang atas musibah
yang menimpa orang lain
|
|||
berterimakasih
atas kebaikan orang lain
|
puas atau
bangga diri sendiri
|
|||
ketenangan
batin
|
keangkuhan
diri
|
|||
disyukuri
orang lain karena berbuat baik
|
disyukuri
orang lain karena berbuat buruk
|
|||
disukai
orang lain karena berbuat baik
|
ditakuti
orang lain karena berbuat buruk
|
|||
senang
menyaksikan kesenangan orang lain
|
dibanggakan
orang lain karena berbuat buruk
|
|||
cinta &
kasih sayang dalam kebaikan
|
puas
menyaksikan kedukaan orang lain
|
|||
semangat
memperjuangkan kebaikan
|
solidaritas
dalam keburukan
|
|||
mendapat
kemudahan
|
semangat
memperjuangkan keburukan
|
|||
merasakan
kenikmatan
|
dipuji
orang lain secara berlebihan
|
|||
dll
|
dll
|
|||
LAHIR
|
LAHIR
|
|||
sehat untuk
kebaikan
|
sehat untuk
keburukan
|
|||
makan &
minum halal
|
makan &
minum haram maupun berlebihan
|
|||
tercukupi
kebutuhan hidup
|
Mendapat
uang atau penghasilan dari keburukan
|
|||
Mendapat
uang atau penghasilan dari kebaikan
|
sex haram
|
|||
sex halal
|
bebas berbuat
buruk
|
|||
bebas
berbuat baik
|
banyak
teman buruk
|
|||
banyak
teman baik
|
memiliki
generasi penerus keburukan
|
|||
memiliki
generasi penerus kebaikan
|
lari dari
masalah
|
|||
berhasil
menyelesaikan masalah
|
mendapat
hadiah undian dari / untuk keburukan
|
|||
ringan
masalah & tanggung jawab kemanusiaan
|
lingkungan
yang sama buruk
|
|||
besarnya
hak kemanusiaan
|
dll
|
|||
mendapat
hadiah undian dari / untuk kebaikan
|
||||
lingkungan
yang baik
|
||||
dll
|
BAIK
|
BURUK
|
|||
TIDAK MENYENANGKAN
|
3
|
BATIN
|
4
|
BATIN
|
sabar dalam
kebaikan
|
kecewa pada
Tuhan
|
|||
dibenci
orang lain padahal berbuat baik
|
meratapi
diri atau orang lain
|
|||
rendah hati
|
rendah diri
|
|||
menyesal
karena berbuat buruk
|
dikutuk
masyarakat karena keburukan
|
|||
bersedih
karena belum mampu berbuat baik
|
dendam
|
|||
tidak
tenang dalam keburukan
|
sakit hati
menyaksikan kesenangan orang baik
|
|||
menahan
keinginan
|
putus asa
memperjuangkan kebaikan
|
|||
dikhianati
oleh keburukan
|
berat untuk
melakukan kebaikan
|
|||
kebencian
pada keburukan
|
marah dan
mengumpat
|
|||
gagal dalam
usaha kebaikan
|
dll
|
|||
dll
|
||||
LAHIR
|
LAHIR
|
|||
sakit untuk
menjadi lebih baik
|
sakit
akibat keburukan
|
|||
masalah
yang berat dalam kebaikan
|
kekurangan
makanan karena keburukan
|
|||
berkorban
untuk kebaikan
|
masalah
berat akibat keburukan
|
|||
memikul
tanggung jawab
|
berkorban
untuk keburukan
|
|||
berbagi /
membantu dalam kebaikan
|
kehilangan
kebaikan
|
|||
bekerja
dalam kebaikan
|
bekerja
dalam keburukan
|
|||
mempelajari
ilmu yang bermanfaat
|
mempelajari
ilmu keburukan
|
|||
menjaga
pola hidup sehat
|
mengerahkan
kemampuan untuk keburukan
|
|||
mengerahkan
kemampuan yang baik
|
dll
|
|||
disingkirkan
dari lingkungan buruk
|
||||
dll
|
||||
Tuhan menyarankan manusia agar tidak hanya mengharap kesenangan dunia semata-mata, karena setelah kematian justru akan ada kehidupan akhirat yang lebih utama untuk menyempurnakan balasan perbuatan baik secara tanpa batas. Kesenangan dunia yang sifatnya sementara itu mampu melenakan manusia dalam mengejar kesenangan akhirat yang jauh lebih hebat, sehingga dikatakan bahwa kesenangan dunia itu adalah kesenangan yang buruk di kuadran 2.
Tuhan menyarankan manusia agar mengutamakan upaya atas kehidupan akhirat dengan tetap mengupayakan kesenangan dunia secara proporsional. Maka salah satu bentuk dari perpaduannya adalah kesenangan yang baik di kuadran 1.
Bagaimanapun saran Tuhan itu tidak menghalangi terlaksananya Hukum Sebab Akibat di dunia secara adil dan berpasangan. Karenanya bagi siapa yang hanya mengharap kehidupan dunia saja, maka dia pasti akan mendapatkan akibat dari perbuatannya sekecil apapun. Sedangkan bagi yang percaya kepada kehidupan akhirat, maka sebagian kesenangan dunia akan diinvestasikan untuk kesenangan akhirat. Pada akhirnya manusia menetapkan pilihan, apakah mau mengikuti saran Tuhan atau tidak.
-----------------------------
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. (Al Jaatsiyah: 22)
-----------------------------