Selamat datang.. Hingar bingar di sekeliling mari diambil hikmahnya, karena keadaan masyarakat akan berubah bila diri kita berubah. Salam hangat!

Tuesday, February 24, 2009

Pak Harto vs Mahathir

Ini tulisan yang diposting ke milis wong-pati, menanggapi tema harta vs pekerti:

Bicara terbatas soal harta dan ilmu, konon faktor itulah yang membedakan antara kita dan malaysia, khususnya di masa kepemimpinan Orba.
Soeharto melapangkan jalan bagi imperium bisnis anak dan kroninya, sedang Mahathir membangun super multi media corridor untuk visi negara teknologi dan informasi.

Di Indonesia pendidikan dianak-tirikan, tidak ada visi yang jelas mewujudkan knowledge society, sedangkan Malaysia telah mencetuskan pentingnya ilmu pengetahuan untuk mendorong pembangunan. Menurut Mahathir, pengetahuan adalah kunci kesejahteraan.

Begitulah sepertinya, Pak Harto mengajak rakyat untuk berlomba-lomba menjadi juragan, siapa yang kaya dia yang dianggap berhasil. Siapa yang mendalami ilmu tetapi tidak juga kaya, maka tidak ada "tempat" untuknya. Barang-barang konsumsi lalu menjadi indikasi keberhasilan. Mobil-mobil berkelas diimport, berbeda dengan malaysia yang bangga dengan mobil dalam negeri.
Belakangan indonesia ingin tampil dengan IPTN-nya, tapi karena basis teknologi yang dimiliki kurang (sebagian besar spare part masih diimport) akhirnya kandas juga.

Di akhir epiode, Soeharto harus tunduk di hadapan IMF, sementara Mahathir jauh-jauh hari menolak IMF karena merasa bisa tegak sendiri menghadapi krisis moneter kala itu.

Kini 10 tahun sudah berlalu, tapi memang sulit untuk merubah tabiat yang sudah mengakar..

Sunday, February 22, 2009

Partai Politik

Mereka adalah organisasi
Organisasi yang menjadi spesies baru pemangsa manusia
Ikut aku, ikut aku, karena akulah yang paling baik!

Heeh.. apa betul yang terbaik? Yakinkah mereka itu?

Siap berjuang demi rakyat, demi bangsa! Indonesia akan jaya dengan kepemimpinan kami !
Hehe, kurasa mereka gemar bercanda.
Sadar tidak, ini negara dua ratusan juta nyawa di juta-an km2?
Terlalu banyak spekulan, apa yang sedang mereka pikirkan??

Ya, atas nama demokrasi
Parpol berkeliaran, capres berhamburan.
hei ada apa ini?
Indonesia tak butuh koleksi puluhan visi misi!

Banyak partai..
Banyak intoleransi..
Banyak egoisme..
Gagal interaksi, lalu mendirikan kerajaan sendiri.

Sumpah..!
Sikap yang rendah bila menggiring rakyat pada pilihan yang lebih parah!!!



Friday, February 20, 2009

blog problem is solved

Yes! akhirnya bisa juga blog amatir ini dibuka di internet explorer. Kemarin sempet heran, ini blog normal aja dibuka pake firefox, tapi kok gak bisa di IE. Diutak atik settingan di IE, eh masih bandel juga.. Coba and coba lagi, ternyata ada salah satu gadget nya yang gak "disuka" ama IE, gak tahu knapa.

Jadi setelah aku remove gadget "astronomy picture of the day", baru normal lagi deh blog ini.
Susah juga ya ngeblog. Banyak yang belum aku ketahui...

Monday, February 16, 2009

Krisis global itu..

Krisis global adalah cerminan keterbatasan manusia. Hukum manusia selama tidak mengindahkan hukum Yang Maha Adil, beginilah akibatnya. Perlombaan ilusi uang (di antaranya menilai suatu barang melebihi fungsi barang itu sendiri / bentuk ketidakadilan) hanya akan memunculkan bom waktu.

Sunnatulloh (hukum alam) pasti berlaku, dari level mikro hingga makro. Manusia bisa berencana, tapi Tuhan yang berkuasa. Sehebat apapun Amerika yang telah didukung dengan ribuan ahlinya dalam teknik studi analisis, evaluasi, dan perencanaan yang paling komprehensif, bisa gagal juga karena berlandas pada tabiat keserakahan kapitalisme.

Hukum yang salah cepat atau lambat akan mendapatkan pelajarannya karena proses kesetimbangan pasti terjadi. Semakin ada ketimpangan suatu sistem terhadap sistem yang maha benar, semakin sakit pula dalam mengalami proses penyembuhan.

Sekarang, kita yang ada di Indonesia juga merasakan dampaknya, karena kita juga bagian dari sistem dunia yang kapitalis itu. PHK massal, pemulangan TKI, efisiensi dimana-mana sudah mulai menerkam negeri ini. Semoga kita tidak merasakan dampak yang terlalu parah..

Sebenarnya gimana sih asal muasal krisis global itu? Klik di sini.

Kronologis Krisis Global

Sebab-sebab Krisis Global dan Dampaknya terhadap Indonesia (Kwik Kian Gie)

Bahwa terjadi krisis maha dahsyat di Amerika Serikat yang menyebar ke semua negara di dunia sudah sangat banyak kita baca. Namun tidak banyak yang menjelaskan tentang sebab-sebabnya, dan juga tidak banyak yang menguraikan tentang landasan dari sebab-sebab itu, yaitu mashab pikiran atau ideologi yang memungkinkan dipraktekannya cara-cara penggelembungan di sektor keuangan.

Tentang yang pertama, media massa di negara-negara maju banyak yang mengulasnya. Intinya sebagai berikut.


Bank hipotik yang mengkhususkan diri memberikan kredit untuk pembelian rumah, dengan sendirinya mempunyai tagihan kepada penerima kredit yang menggunakan uangnya untuk membeli rumah. Jaminan atas kelancaran pembayaran cicilan utang pokok dan bunganya adalah rumah yang dibiayai oleh bank hipotik tersebut. Kita sebut tagihan ini tagihan primer, karena langsung dijamin oleh rumah, atau barang nyata. Tagihannya bank hipotik kepada para penerima kredit berbentuk kontrak kredit yang berwujud kertas. Istilahnya adalah pengertasan dari barang nyata berbentuk rumah. Karena kertas yang diciptakannya ini mutlak mewakili kepemilikan rumah sebelum hutang oleh pengutang lunas, maka kertas ini disebut surat berharga atau security. Pekerjaan mengertaskan barang nyata yang berbentuk rumah disebutsecuritization of asset.

Katakanlah bank hipotik ini bernama Bear Sterns. Bear Sterns mengkonversi uang tunainya ke dalam kewajiban cicilan utang pokok beserta pembayaran bunga oleh para penghutang atau debitur. Jadi uang tunai atau likuiditasnya berkurang. Namun Bear Sterns memegang surat berharga atau security yang berbentuk kontrak kredit atau tagihan kepada para debiturnya. Bear Sterns mengelompokkan surat-surat tagihan tersebut ke dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompoknya mengandung surat tagih dengan tanggal jatuh tempo pembayaran yang sama. Setiap kelompok ini dijadikan landasan untuk menerbitkan surat utang yang dijual kepada Lehman Brothers (misalnya) dan bank-bank lain yang semuanya mempunyai nama besar. Yang sekarang dilakukan oleh Bear Sterns bukan menerbitkan surat piutang, tetapi surat janji bayar atau surat utang. Atas dasar surat piutang kepada ratusan atau ribuan debiturnya, Bear Sterns menerbitkan surat utang kepada Lehman. Uang tunai hasil hutangnya dari Lehman dipakai untuk memberi kredit lagi kepada mereka yang membutuhkan rumah. Seringkali untuk membeli rumah kedua, ketiga oleh orang yang sama, sehingga potensi kreditnya macet bertambah besar.


Penerbitan surat berharga berbentuk surat janji bayar atau promes disebut securitization of security. Bahasa Indonesianya yang sederhana “mengertaskan kertas.” Surat berharga ini kita namakan surat berharga sekunder, karena tidak langsung dijamin oleh barang yang berbentuk rumah, melainkan oleh kertas yang berwujud surat janji bayar oleh bank hipotik yang punya nama besar.

Lehman memegang surat utang dari Bear Sterns dan juga dari banyak lagi perusahaan-perusahaan sejenis Bear Sterns. Seluruh surat ini dikelompokkkan lagi ke dalam wilayah-wilayah geografis, misalnya kelompok debitur California, kelompok debitur Atlanta dan seterusnya. Oleh Lehman kelompok-kelompok surat-surat utang dari bank-bank ternama ini dijadikan landasan untuk menerbitkan surat utang yang dibeli oleh Merril Lynch dan bank-bank lainnya dengan nama besar juga. Kita namakan surat utang ini surat utang tertsier.

Demikianlah seterusnya, satu rumah sebagai jaminan menghasilkan uang tunai ke dalam kas dan bank-bank ternama dengan jumlah keseluruhan yang berlipat ganda. Media massa negara-negara maju menyebutkan bahwa bank-bank tersebut melakukan sliced and diced, yang secara harafiah berarti bahwa satu barang dipotong-potong dan kemudian masing-masing diperjudikan. Maka banyak bank yang debt to equity ratio-nya 35 kali.

Sekarang kita bayangkan adanya pembeli rumah yang gagal bayar cicilan utang pokok beserta bunganya. Kalau satu tagihan dipotong-potong (sliced) menjadi 5, yang masing-masing dibeli oleh bank-bank yang berlainan, maka gagal bayar oleh satu debitur merugikan 5 bank. Ini sebagai contoh. Dalam kenyataannya bisa lebih dari 5 bank yang terkena kerugian besar, karena kepercayaan bank-bank besar di seluruh dunia kepada nama-nama besar investment banks dan hedge funds di AS.

Dampak pertama adalah bahwa bank tidak percaya pada bank lain yang minta kredit kepadanya melalui pembelian surat berharganya. Ini berarti bahwa bank-bank yang tadinya memperoleh likuiditas dari sesama bank menjadi kekeringan likuiditas, sedangkan bank-bank yang termasuk kategori investment bank atau hedge fund tidak mendapatkan uangnya dari penabung individual, tetapi dari bank-bank komersial atau sesama investment bank atau sesama hedge funds. Jadi dampak pertama adalah kekeringan likuiditas.

Dampak kedua adalah bahwa bank yang menagih piutangnya yang sudah jatuh tempo tidak memperoleh haknya, karena bank yang diutanginya tidak mampu membayarnya tepat waktu, karena pengutang utamanya, yaitu individu yang membeli rumah-rumah di atas batas kemampuannya memang tidak mampu memenuhi kewajibannya. Lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat dengan sadar memberikan kredit rumah kepada orang yang tidak mampu. Itulah sebabnya namanya subprime mortgage. Sub artinya di bawah. Prime artinya prima atau bonafid. Jadi dengan sadar memang memberikan kredit rumah kepada orang-orang yang tidak bonafid atau tidak layak memperoleh kredit. Bahwa kepada mereka toh diberikan, bahkan berlebihan, karena adanya praktek yang disebut sliced and diced tadi. Dampak kedua ini, yaitu bank-bank gagal bayar kepada sesama bank mengakibatkan terjadinya rush oleh bank-bank pemberi kredit, antara lain kepada Lehman Brothers. Maka Lehman musnah dalam waktu 24 jam.
Ketika surat utang inferior yang disebut subprime mortgage macet, barulah ketahuan bahwa begini caranya memompakan angin ke dalam satu surat utang yang dijual berkali-kali dengan laba sangat besar.
Ketika balon angin keuangan meledak, Henry Paulson sudah menjabat menteri keuangan AS. Dia melakukan tindakan-tindakan yang buat banyak orang membingungkan, tetapi buat beberapa orang, dia manusia yang hebat, tegas, dan menurutnya sendiri bersenjatakan bazooka. (Newsweek tanggal 29 September 2008 halaman 20). Ada alasan untuk menganggapnya orang hebat. Dia mahasiswa Phi Beta Kappa dari Dartmouth. Penghubung antara gedung putihnya Nixon dan Departemen Perdagangan. MBA dari Harvard, bergabung dengan Goldman Sachs Chicago di tahun 1974, menjadi CEO-nya dari 1998 sampai 2006. Dan sekarang menteri keuangan AS.
Maka dialah yang ketiban beban berat menghadapi krisis yang maha dahsyat yang sedang berlangsung. Tindakan-tindakannya seperti semaunya sendiri atau bingung. Dia memfasilitasi JP Morgan untuk membeli Bear Sterns dengan harga hanya US$ 2 per saham, yang dalam waktu singkat direvisi menjadi US$ 10. Fannie Mae dan Freddie Mac, perusahaan quasi milik pemerintah telah memberikan jaminan kredit sebesar US$ 5,4 trilyun. Untuk menyelamatkannya dua perusahaan penjaminan kredit tersebut dibeli oleh pemerintah dengan jumlah uang US$ 80 milyar. Lehman Brothers disuruh bangkrut saja. Merril Lynch dijual kepada Bank of America. Akhirnya dia menyodorkan usulan supaya pemerintah AS menyediakan uang US$ 700 milyar untuk menanggulangi krisis. Kongres marah, karena alasan ideologi. Bagaimana mungkin bangsa yang kepercayaannya pada keajaiban mekanisme pasar bagaikan agama mendadak disuruh intervensi dengan uang yang begitu besar? Wall Street guncang luar biasa. Kongres rapat lagi dan “terpaksa” menyetujui usulan Hank Paulson dan Bernanke, Presiden Federal Reserve, supaya pemerintah AS menggunakan uang rakyat pembayar pajaknya sebesar Rp 700 milyar untuk mencoba menyelesaikan masalah keuangan yang maha dahsyat itu. Saya katakan mencoba, karena setelah disetujui, Wall Street tetap saja terpuruk.

Maka masyarakat menjadi panik, kepercayaan kepada siapapun hilang. Dengan adanya pengumuman bahwa perusahaan-perusahaan besar dengan nama besar dan sejarah yang panjang ternyata bangkrut, saham-sahamnya yang dipegang oleh masyarakat musnah nilainya. Masyarakat bertambah panik.

Seperti telah dikemukakan sangat banyak kertas-kertas derivatif diciptakan oleh bank-bank dengan nama besar, sehingga tanpa ragu banyak bank-bank besar di seluruh dunia membelinya sebagai investasi mereka. Kertas-kertas berharga ini mendadak musnah harganya, sehingga banyak bank yang menghadapi kesulitan sangat kritis.

Dampaknya terhadap Indonesia

Secara rasional dampaknya terhadap Indonesia sangat kecil, karena hubungan ekonomi Indonesia dengan AS tidak ada artinya. Praktis tidak ada uang Indonesia yang ditanam ke dalam saham-saham AS yang sekarang nilainya merosot atau musnah. Hanya milik orang-orang Indonesia kaya dan super kaya yang tertanam dalam saham-saham perusahaan-perusahaan AS. Uang inipun jauh sebelum krisis sudah tidak pernah ada di Indonesia.

Dampak yang riil dan sekarang terasa ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka membutuhkan uangnya di negaranya masing-masing. Maka IHSG anjlok. Uang rupiah hasil penjualannya dibelikan dollar, yang mengakibatkan nilai rupiah semakin turun. Namun sayang bahwa kenyataan yang kasat mata ini tidak mau diakui oleh pemerintah, sehingga pemerintah memilih membatasi Bursa Efek dalam ruang geraknya dengan cara mengekang Bursa Efek demikian rupa, sehingga praktis fungsi Bursa Efek ditiadakan.

Kebijakan lain ialah mengumumkan memberikan jaminan keamanan dan keutuhan uang yang disimpan dalam bank-bank di Indonesia sampai batas Rp 2 milyar. Ini sama saja mengatakan kepada publik di seluruh dunia supaya jangan menyimpan uangnya di bank-bank di Indonesia yang melebihi Rp 2 milyar.

Karena pengaruh teknologi informasi yang demikian canggihnya, semua berita-berita tentang krisis yang melanda negara-negara maju dapat diikuti. Pengaruh psikologisnya ialah kehati-hatian dalam membelanjakan uangnya yang berarti konsumsi akan menyusut dengan segala akibatnya.

Setelah Bank Indonesia menjadi independen ada kecenderungan terjadinya ego sektoral. Karena tugas pimpinan BI terfokus pada menjaga stabilitas nilai rupiah dan menjaga tingkat inflasi, semuanya dipertahankan at any cost. Maka di banyak negara maju yang menjadi cikal bakal pikiran independennya bank sentral menurunkan tingkat suku bunga, di Indonesia dinaikkan sangat tinggi yang lebih memperpuruk sektor riil yang sudah terpuruk karena menurunnya drastis permintaan dari negara-negara tujuan ekspor.

Hal yang kurang dipahami adalah faktor-faktor, kekuatan-kekuatan serta mekanisme yang bekerja setelah meletusnya gelembung angin (bubble) keuangan menyeret perekonomian global ke dalam spiral yang menurun.

Sejak lama kita mengenal adanya gejala gelombang pasang surutnya ekonomi atau business cycle atau conjunctuur yang selalu melekat pada sistem kapitalisme dan mekanisme pasar. Cikal bakal tercapainya titik balik teratas menuju pada kemerosotan, dan sebaliknya, cikal bakal tercapainya titik balik terendah menuju pada kegairahan dan peningkatan ekonomi bisa macam-macam. Tetapi pola kemerosotan dan pola peningkatannya selalu sama.

Seberapa besar pemerintah mempunyai kemampuan mempengaruhinya tergantung pada struktur ekonomi dalam aspek perbandingannya antara ketersediaan modal dan ketersediaan tenaga kerja. Bagian ini dari ekonomi tidak banyak dibicarakan oleh para ahli. Apakah karena mereka kurang paham, ataukah gejala business cycle sudah mati, sudah kuno dan tidak berlaku lagi?

Saturday, February 14, 2009

Bisakah berUbAh

Kalau melihat realitas di lingkungan, seakan-akan kita disuguhkan model manusia biasa dan manusia luar biasa (atau super, istilah Mario Teguh :) ). Bisakah seseorang yang tumbuh jadi manusia biasa kemudian berubah jadi manusia luar biasa, khususnya di usia kita (25 ke atas)?

Ini menyentuh ranah psikologis perkembangan manusia. Baiknya kita tengok dikit ilmunya.. Ini bukan soal "kedewasaan mental", karena sepertinya gak ada keterkaitan yang signifikan. Orang yang sudah dewasa secara mental, tetep aja bisa jadi orang biasa.

Tapi.. kalau membahas soal perubahan mental, faktor usia sangat berpengaruh..
Menurut Harvey A. Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day”(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam “Developmental Psycology”(1980), terdapat suatu fase psikologi Dewasa yang akan dialami setiap manusia, sebagai berikut:

Masa Dewasa Awal (Early Adulthood) : 21 - 40 tahun

Adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.

Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood) : 40 - 60 tahun

a) Merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.

b) Merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.

c) Masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).

Masa Usia Lanjut ( Later Adulthood) : 60 tahun <

Masa ini ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.

Melihat uraian di atas, kita berada di fase kedewasaan awal sehingga mestinya perubahan masih sangat mungkin kita lakukan, seiring dengan banyaknya potensi "konflik" yang kita hadapi di fase ini. Berbeda ketika kita sudah lepas dari usia 40 tahun, kemungkinan untuk berubah sangat kecil, karena pada periode itu adalah saat kita mulai fokus pada suatu prestasi, atau kita akan terjebak dalam stagnasi.. Di lain pihak, faktor keluarga yang terbentuk pada usia 40 tahun ke atas akan seperti kapal besar, menyebabkan perubahan arah tidak bisa sedrastis yang diinginkan.

Sekarang, mari kita tengok 1 dari 10 masalah psikologis manusia (yang beredar luas di internet) yaitu tentang “racun” dan “antibodi” :

Racun keempat : Stagnasi

Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.

Antibodinya : Ambisi

Cara : Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi di masa depan kita. kita akan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.

Berbicara tentang stagnasi, rasanya tidak perlu menunggu kita berusia 40 tahun, karena bisa jadi di usia kita ini penyakit stagnasi sudah mulai menghampiri kita.

Yup! saya setuju bahwa perubahan adalah melawan stagnasi, dan ternyata menurut mereka jawabannya adalah ambisi ! Tapi, menumbuhkan ambisi gak gampang juga. Ambisi tidak akan tumbuh tanpa ”wawasan” dan tanpa ”instrumen”. Dengan kata lain, ambisi tidak akan muncul kalau tidak ada iming-iming dari luar diri kita. Jelas susah untuk memunculkan ambisi bisa tumbuh tanpa kondisi yang spesial. Misal, kondisi lingkungan sosial yang tanpa ambisi, jelas sulit akan memunculkan pribadi yang berambisi pula. Kondisi sosial yang datar tanpa ada terpaan ekstrim juga tidak akan kuat menghasilkan perubahan mental yang ekstrim. Gambaran untuk kasus ini adalah - sebagaimana diyakini banyak orang – seperti hukum fisika pada permainan bola karet. Semakin keras bola karet membentur lantai, maka semakin tinggi pula ia terbang...

Ambisi juga tak akan muncul tanpa tahu cara mencapainya. Ibarat ingin menyeberangi lautan tanpa ada perahu atau tanpa ada sebatang kayu, maka keinginan itupun akan segera sirna ketika mencoba berenang tapi ketika masih berada di tepi pantai merasakan kepayahan. Sekarang, gimana kalau ambisi yang kita miliki biasa-biasa aja, akankah kita dapat berubah menjadi orang yang luar biasa? Menurutku, kalau kita ingin berubah, caranya tidak sulit, "jerumuskanlah" diri kita sendiri pada keadaan yang membuat ambisi kita berkobar kuat..

Oleh Purdi Chandra, sepertinya hal tersebut telah diajarkan di setiap seminar dan di kelas Entrepeneur University-nya dengan tantangan-tantangan untuk keluar dari pekerjaan, berhentilah jadi employee! Ajukan pinjaman dana usaha dalam jumlah besar ke Bank! hehehe Tapi… benarkah menjadi orang yang luar biasa harus menjadi Orang yang terkenal atau Pengusaha Kaya Raya?? Saya jadi teringat, beberapa waktu lalu di radio saya mendengar ceramah seorang Motivator terkenal bercerita tentang seorang pegawai hotel yang tugasnya memeriksa kelayakan engsel pintu. Kala itu sang Motivator itu mencontohkan bahwa si pegawai hotel adalah sosok seseorang yang luar biasa, karena sang pegawai hotel melakukan pekerjaan yang sederhana dengan penuh ketekunan dan disertai pemahaman makna yang mendalam akan arti penting tugasnya itu....

Wow, Ruarrr Biasa!! (.....??)

Saturday, February 7, 2009

P r o f e s i . . . ?

Sampai saat ini, aku tak tahu jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu :D.

Duduk di kelas 3 SMU 1 Pati mengikuti program IPA, it’s ok. Kuliah ambil Arsitektur? Hmm.. I don’t think so. Enggak fatal sih, tapi itu bukan pilihan yang aku sengaja. Maunya masuk di Elektro, Komputer, atau Informatika. But, sebuah insiden terjadi yang kemudian aku terima saja dengan ringan.Kuliah di Arsitektur UNS Solo pun aku jalani dengan sewajarnya.


Begitu lulus, aku kerja di bidang konstruksi umum, dan ternyata enjoy juga menjalaninya. Sampai akhirnya di tahun ke 3, aku berada di akhir proyek Rumah Susun Parung Panjang - Bogor yang kita kerjakan (kontraktor PT. Istaka Karya).. Btw, gimana ya nasib Rusun itu, jangan-jangan belum berpenghuni?? :(

Sampai suatu saat...tawaran unik datang, kerja di marketing, pure marketing! Dengan berbagai pertimbangan..dan...ok! akupun menyatakan sanggup dalam 1 atau 2 hari kemudian (waktu berfikir yang tidak lama untuk keputusan yang sangat penting). Walaupun dengan tanda tanya terus berkecamuk di kepala, tapi sungguh, ini bener-bener tantangan! Aku pikir ini sebuah pergantian haluan di usia 28 tahun. Terlambatkah?? Ah, siapa takut!

Tidak mudah memang, dengan bekal ilmu yang sangat minimal, tahu-tahu kerja sistem penjualan.. Suka duka kerja di marketing, sampai hari ini aku menjalaninya, 2 tahun berlalu sudah menjadi bagian dari sebuah keluarga besar cv. prestasi nusantara yang menjadi dealer Indosat. Well, kompleks juga permasalahannya, di luar dugaanku waktu pertama kali membayangkannya. Dan roda akan terus berputar. Saat ini telah hanyut dalam pekerjaan ini, tapi entah seperti apa lagi jalan di depan sana. Semoga aku tidak kapok untuk menghadapi tikungan seekstrim apapun. Bagaimanapun, sang pembuat jalan pasti sudah memperhitungkan kapasitas si pemakai jalan.


Kadang aku berfikir, hidup penuh dengan pilihan-pilihan. Cuman pilihannya sangat berbeda dengan pilihan di soal ujian waktu sekolah, a b c d e. Dalam kehidupan nyata, semua pilihan adalah benar, sepanjang kita melakukannya dengan benar juga, dengan kesungguhan. Jadi, jelas lebih gampang hidup ketimbang sekolah. Tapi sayangnya, pemikiran ini cuma kadang-kadang muncul, enggak setiap saat! :)
Jadi, apa ya profesiku sekarang, tell me please?? :D

Whatever, life is a wonderful journey!