Pesawat sudah lepas landas 30 menit yang lalu. Paijo
yang tadinya anteng sejak dari rumah, kini tiba-tiba ribut dengan
pertanyaan-pertanyaan ke ayahnya.
“Kenapa harus naek pesawat sih Pah, gak pake Bis atau Kereta aja?
“Koq Papah mau dibawa terbang gini? Kalau jatuh gimana donk?”
“Kita mau ke Australia ya? Australia itu tempat apaan sih Pah? Buat apa kesana?”
“Trus, ini koq bawa jaket tebal, sarung tangan dan topi gunung gunanya buat apa, kan di Jakarta udara panas sekali?”
“Buku Bahasa Inggris ini apa Pah? Kenapa perlu belajar, gunanya buat apa, kan pake Bahasa Indonesia sudah bisa?”
Ayahnya Paijo memang sabar, dia coba jawab satu persatu pertanyaan dari anaknya. Tapi dasar Paijo memang lagi hobi kritis, di terus aja tanya ini itu ke ayahnya sepanjang perjalanan.
Pesawat itupun terus saja melaju, tanpa peduli bahwa di dalam kabinnya terdapat session tanya jawab sengit antara seorang anak dan ayah. Beberapa jam kemudian pesawat bersiap melakukan pendaratan, dan Paijo dengan segala ketidakmengertiannya dipaksa ayahnya mengenakan jaket, sarung tangan dan topi gunung itu. Tak tahunya, setelah keluar dari pesawat itu dia menemui hujan salju dan angin dingin yang sangat.
—
Adalah wajar apabila rasa penasaran itu muncul di bumi. Penasaran terhadap hidup, bahkan terhadap sosok Tuhan. Tetapi sesungguhnya bumi terus meluncur kepada tujuannya, tak mungkin ia berbalik arah. Dan para Nabi sebagai manusia yang berkesadaran tinggi telah diberikan pengetahuan menghadapi masa depan oleh Yang Maha Kuasa. Maka bekal apakah yang sudah kita persiapkan, di samping sibuk bertanya dan mencari jawaban ?
Sungguh menyeramkan apabila di ujung perjalanan itu ternyata hamparan salju sedangkan kita tak membawa apapun yang akan melindungi tubuh. Akankah protes keras di sana? Sedangkan di dunia ini telah mendapat petunjuk-petunjuk tentang itu? Malah ada yang menuduh Tuhan telah bermain tebak-tebakan? Duh …!
“Kenapa harus naek pesawat sih Pah, gak pake Bis atau Kereta aja?
“Koq Papah mau dibawa terbang gini? Kalau jatuh gimana donk?”
“Kita mau ke Australia ya? Australia itu tempat apaan sih Pah? Buat apa kesana?”
“Trus, ini koq bawa jaket tebal, sarung tangan dan topi gunung gunanya buat apa, kan di Jakarta udara panas sekali?”
“Buku Bahasa Inggris ini apa Pah? Kenapa perlu belajar, gunanya buat apa, kan pake Bahasa Indonesia sudah bisa?”
Ayahnya Paijo memang sabar, dia coba jawab satu persatu pertanyaan dari anaknya. Tapi dasar Paijo memang lagi hobi kritis, di terus aja tanya ini itu ke ayahnya sepanjang perjalanan.
Pesawat itupun terus saja melaju, tanpa peduli bahwa di dalam kabinnya terdapat session tanya jawab sengit antara seorang anak dan ayah. Beberapa jam kemudian pesawat bersiap melakukan pendaratan, dan Paijo dengan segala ketidakmengertiannya dipaksa ayahnya mengenakan jaket, sarung tangan dan topi gunung itu. Tak tahunya, setelah keluar dari pesawat itu dia menemui hujan salju dan angin dingin yang sangat.
—
Adalah wajar apabila rasa penasaran itu muncul di bumi. Penasaran terhadap hidup, bahkan terhadap sosok Tuhan. Tetapi sesungguhnya bumi terus meluncur kepada tujuannya, tak mungkin ia berbalik arah. Dan para Nabi sebagai manusia yang berkesadaran tinggi telah diberikan pengetahuan menghadapi masa depan oleh Yang Maha Kuasa. Maka bekal apakah yang sudah kita persiapkan, di samping sibuk bertanya dan mencari jawaban ?
Sungguh menyeramkan apabila di ujung perjalanan itu ternyata hamparan salju sedangkan kita tak membawa apapun yang akan melindungi tubuh. Akankah protes keras di sana? Sedangkan di dunia ini telah mendapat petunjuk-petunjuk tentang itu? Malah ada yang menuduh Tuhan telah bermain tebak-tebakan? Duh …!