Sragen, 4 Oktober 2011 - 11.05 AM
Hai diary..
Ini hari keduaku menghirup udara di planet bumi yang melayang di
konstelasi galaxy bimasakti. Berminggu-minggu sebelumnya aku berdiam di
perut seorang ibu untuk mengalami pembentukan raga yg sempurna. Inilah
masa-masa awal pengembaraanku diary, setelah turun dari alam ruh ke alam
materi ini. Ini masa-masa awal aku disebut manusia..
Diary,
Sekarang aku tahu, di bumi aku dititipkan Alloh ke sebuah keluarga di
suatu negeri kepulauan equator yang namanya Indonesia. Tepatnya di
bagian tengah pulau Jawa, di situ ada sebuah dusun kecil di Sragen.
Kelihatannya ini sebuah keluarga yang biasa, yang tinggal di antara
ratusan juta penduduk negeri yang di kalangan malaikat suka
disebut-sebut sebagai negeri yang kurang makmur padahal potensi tanah
dan airnya melimpah, mungkin disebabkan kurangnya ilmu, banyaknya
korupsi, dan banyaknya kekayaan alam yang diangkut kawanan orang dari
negeri lain.
Dengar-dengar negeri ini juga gemar bertikai di antara mereka sendiri. Aneh ya? Tapi hanya Alloh jua yang tahu..
Diary,
Semula aku ragu apakah harus senang atau sedih menjalani kehidupan di
bumi ini. Tapi sejenak kemudian aku sadar bahwa ini kehendak Tuhanku,
dan Tuhanku itu Maha Pengasih dan Penyayang, jadilah aku siap menjalani
pengembaraan ini dengan penuh semangat kebaikan.
Hmm..
Begini ya rasanya diary, kalau menempati raga.. Kadang ngerasa
dingin.. kadang panas. Kadang haus.. kadang pengin pipis. Aku jadi
terkena efek grafitasi, dan kecepatan gerakku pun terbatas.
Eh diary,
Memiliki raga ini sungguh karunia yang luar biasa.. Aku bisa
ngerasain berbagai kenikmatan di sini. Misalnya, air susu dari ibu ini
sangat menyegarkan, sampai aku begitu semangat meminumnya.. Sungguh,
bumi ini memang tempatnya nikmat Alloh yang tak terhitung. Pantas
kebanyakan manusia seakan gak mau meninggalkan kehidupan di bumi ini
ya.. Padahal sehabis hidup ini kan ada pilihan hidup yg nikmatnya lebih
hebat dan abadi?
Selain itu semua,
Dengan raga ini aku bebas bertindak di bumi, mau begini atau begitu
bisa, karena anggota tubuhku ini semuanya nurut kalau aku perintah.
Diary,
Tuhanku menyatukan aku dengan tubuhku untuk hidup di bumi ini
sebenarnya tujuannya cuman satu, untuk memuliakan-Nya saja. Di bumi ini
aku bebas berkehendak, tapi suatu saat nanti Dia pasti akan meminta
tanggung jawabku. Kamu atau siapapun nggak akan bisa ikut campur diary,
karena ini urusanku seorang dengan Tuhanku. Benar-benar ini hanya antara
aku dan Dia saja.
Dia Tuhanku Yang Baik, pasti memberikanku yang terbaik dan adil. Dia
sudah menyiapkan bekal petunjuk yang selengkap-lengkapnya untuk
mengarungi belantara kehidupan yang tak terukur kompleksitas dan
kecanggihannya ini. Kelak ketika sudah cukup usiaku, Tuhanku pasti
memberiku jalan untuk mencapai petunjuk itu.
Sekarang tlg kau jawab diary,
Apakah kau yakin nanti aku akan mengikuti petunjuk Tuhanku itu?
Yakin ya? Pasti? Alhamdulillah..makasih diary..
Yakin ya? Pasti? Alhamdulillah..makasih diary..
Masalahnya aku heran, koq karena kebebasan ini aku dengar banyak
manusia yang lupa diri, lupa Tuhan? Entah lupa atau pura-pura lupa ya?
Apa karena dia merasa sudah pintar lalu mengabaikan petunjuk-Nya? Atau
dia coba menebak Tuhannya Yang Pengasih dan Penyayang itu akan memaklumi
segala yang diperbuatnya? Atau dia sudah termakan hasrat kebebasan
sehingga benar-benar lupa dengan Tuhannya?
Wah, termakan tipu daya dunia kan namanya, mereka yg lupa itu? Krn
sampai mengabaikan petunjuk Alloh yang menciptakan alam raya ini dan
lebih percaya dengan alam pikirannya sendiri..?
Ah diary,
Aku tak mau seperti mereka yang lupa itu, karena aku yakin mereka tak
akan bisa bicara saat diminta tanggung jawabnya di hadapan Alloh SWT..
Kau tahu kan diary, akan banyak pertanyaan saat kehidupan bumi ini
berakhir. Akal ini buat apa, tangan ini buat apa, mata ini buat apa, dan
semua pertanyaan yang teliti sempurna tanpa ada yang tertinggal
sedikitpun.
Kau tahu kan diary, setiap karya Alloh pasti teliti, tampak nyata
dari bagaimana teraturnya alam raya yang luas ini berawal dari
teraturnya partikel2 terkecil.
Kalau kau bisa, doakanlah aku diary,
Agar kelak aku bisa terus sadar..
Sadar utk selalu memuliakan-Nya dengan mengikuti petunjuknya.
Sadar untuk menggunakan nikmat kebebasan ini bukan untuk membangkang, tapi justru untuk menyatakan cintaku kepada-Nya.. Cinta yang tak dipaksakan oleh Tuhanku, tapi cinta yang bebas dan tulus dariku.
Sadar utk selalu memuliakan-Nya dengan mengikuti petunjuknya.
Sadar untuk menggunakan nikmat kebebasan ini bukan untuk membangkang, tapi justru untuk menyatakan cintaku kepada-Nya.. Cinta yang tak dipaksakan oleh Tuhanku, tapi cinta yang bebas dan tulus dariku.
Kalau kau bisa, doakanlah aku diary,
Agar keluarga yg Alloh takdirkan aku kepadanya ini menjadi keluarga
yang bisa terus menerus menjaga kesadaranku untuk selalu paham tentang
maksudNya menurunkanku ke Bumi ini. Agar keluarga ini tak ikut-ikutan dg
arus gelombang negatif yg mengalir deras di negeri ini, dan bisa tetap
berjalan menuju ridlo-Nya.
Diary, sampaikan pada keluargaku, karena aku blm bisa berkata-kata dengan mereka.
"Ibu dan ayah, terimakasih atas semua kebaikanmu kepadaku yang telah
lalu dan insya Alloh yang akan datang. Alloh pasti membalas semua
kebaikan yang tulus, dan semoga aku juga bisa membalas budi walaupun tak
akan sebanding. Semoga Alloh memuliakanmu dan kelak Allohpun menyuruhku
taat kepadamu selama ibu dan ayah tak menyuruhku mendurhakai-Nya.
"Kedua kakakku, kini adikmu udah datang.. Semoga kita semua tumbuh
besar dalam masa bermain dan belajar yang bisa menumbuhkan semua potensi
kita seutuhnya sebagai manusia, karena raga ini adalah amanah-Nya yang
tdk boleh ada yang ditelantarkan. Semoga keluarga kita bisa terus saling
menyayangi di dalam lindungan Alloh yang maha Pengasih dan Penyayang"
Diary,
Orang tuaku menamaiku "Ahmad Hanun Daffa"