Untuk berubah dari kebiasaan lama yang
miskin iman menuju kebiasaan baru yang kaya iman, mungkin kita merasa Tuhan itu
sangat bersabar untuk menunggu kita berproses perlahan-lahan.
Mungkin terbersit kata-kata dalam hati :
"Besok kan masih ada waktu, Alloh itu baik sekali koq",
"Tahun depan aku akan lebih iman, karena sekarang timingnya belum pas, kan Alloh maha tahu kesulitanku",
"Setelah menikah aku pasti bisa lebih baik. Maafkan aku ya Alloh yang baik..",
"Maaf ya Alloh, kalau aku berbuat maksiat saat ini. Besok-besok aku tak akan mengulangi hal ini lagi ya Allohku..."
"Ya wajar lah kalau saat ini aku belum bisa sholat 5 waktu, kan butuh proses untuk berubah. Aku yakin Alloh tetap menyayangi aku.."
Tapi mari kita koreksi, apakah betul hati kecil kita mengatakan begitu (bahwa Tuhan itu sangat sabar untuk menunggu kita berproses ) ? Jangan-jangan itu timbul lantaran hawa nafsu kita yang menghalang-halangi kemauan untuk berubah ? Dan pertanyaannya, sampai kapankah penundaan-penundaan / proses itu betul-betul berbuah ?
Mungkin terbersit kata-kata dalam hati :
"Besok kan masih ada waktu, Alloh itu baik sekali koq",
"Tahun depan aku akan lebih iman, karena sekarang timingnya belum pas, kan Alloh maha tahu kesulitanku",
"Setelah menikah aku pasti bisa lebih baik. Maafkan aku ya Alloh yang baik..",
"Maaf ya Alloh, kalau aku berbuat maksiat saat ini. Besok-besok aku tak akan mengulangi hal ini lagi ya Allohku..."
"Ya wajar lah kalau saat ini aku belum bisa sholat 5 waktu, kan butuh proses untuk berubah. Aku yakin Alloh tetap menyayangi aku.."
Tapi mari kita koreksi, apakah betul hati kecil kita mengatakan begitu (bahwa Tuhan itu sangat sabar untuk menunggu kita berproses ) ? Jangan-jangan itu timbul lantaran hawa nafsu kita yang menghalang-halangi kemauan untuk berubah ? Dan pertanyaannya, sampai kapankah penundaan-penundaan / proses itu betul-betul berbuah ?
Alloh maha bijaksana. Dia memberi waktu kepada hambanya untuk berubah, dan Alloh memiliki perhitungan yang teliti, kapan saatnya teguran / hukuman yang sepadan itu didatangkan.
“Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan
janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di
antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al Hadiid:16 ﴿
Al An'am:46
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).
Adz Dzaariyaat:55
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman
Al A'raf:94-95
Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.
Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan
kesenangan hingga keturunan dan
harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek
moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan
sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.
Jadi, apabila sejenak kita dibiarkan oleh Alloh dalam keadaan tetap menjalani kebiasaan yang buruk, tidak semestinya kita merasa tenang, apalagi sampai lupa. Bahkan saat kita seolah ditimpa kesuksesan hidup, belum tentu itu menandakan kita disayang Tuhan.
Apabila kesuksesan itu didapat dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk, mungkin itu berarti Tuhan
sudah tidak memperdulikan kita, dan kita dalam situasi “danger”. Pada saat itu,
berarti kita sendiri yang harus sadar dan berusaha mendekatiNya dengan serius (sepenuh
hati).
Ali Imran:197
Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.
Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.
Al An'am:44
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
Yang terbaik dari kita adalah segera
berubah, karena jalan keimanan itu jelas-jelas membawa kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Lagi pula kita semua tidak tahu dengan ketelitian perhitungan Alloh dalam
menentukan seberapa lama kita diberikan batas penundaan, seberapa dekat hukuman
atas ketidaktaatan itu akan menimpa. Nabi Muhammad sebagai hamba juga tak tahu,
hanya Alloh yang tahu.
“Al Anbiyaa:109-111
Jika mereka berpaling, maka katakanlah: "Aku telah menyampaikan kepada kamu sekalian (ajaran) yang sama (antara kita) dan aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh?".
Jika mereka berpaling, maka katakanlah: "Aku telah menyampaikan kepada kamu sekalian (ajaran) yang sama (antara kita) dan aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh?".
Sesungguhnya Dia mengetahui
perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan Dia mengetahui apa
yang kamu rahasiakan.
Dan aku tiada mengetahui,
boleh jadi hal itu cobaan bagi kamu dan kesenangan sampai kepada suatu waktu. “
Ali Imran:133
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa
Dengan demikian, ada baiknya bila kita tidak berlindung di balik kata-kata "sedang berproses" padahal dalam masa itu tidak ada perubahan sama sekali. Jelas lebih baik kita berubah meskipun perubahan itu sedikit demi sedikit. Karena Alloh maha teliti, sebagaimana firmanNya:
Az Zalzalah:7-8
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula
Wallohu a'lam.
Website untuk mencari terjemahan ayat Al Qur’an
berdasar keyword berbahasa Indonesia >> http://www.quranterjemah.com
No comments:
Post a Comment