Tentang Dualisme
Dualisme adalah sifat alam atau makhluk, sebagai manifestasi Nol. Ilustrasi :
Suatu roket sedang diam (0) di ruang tanpa gravitasi. Maka dia akan bergerak ke kanan (x) karena dorongan gas ke kiri (-x).
0 = (x) + (-x)
Istilah yang identik : aksi reaksi, sebab akibat, keseimbangan, keadilan, berpasang-pasangan.
.
“Laa ilaaha illalloh“. “Tiada tuhan selain Alloh”. Di mana frase “Tiada tuhan” bisa dibahasakan dengan Nol.
“Qul huwallohu ahad” = “katakanlah: Alloh itu Satu”. *) katakanlah = bahasakanlah.
Maka makhluk dibanding Tuhan >> 0 / 1 >> 0. berserah diri adalah nilai dasar islam
Tuhan dibanding makhluk >> 1/0 >> tak terhingga
- - -
Relativitas Pengetahuan
Tak ada titik acuan di alam, karena yang mengadakan gerak adalah gerak juga.
Maka yang perlu dicapai akal (aktivitas mencari
pengetahuan) bukanlah tentang titik acuan yg statis (karena itu tak
ada), melainkan tentang gerakan massa.
Gerakan adalah perubahan, dan puncak dari perubahan adalah tentang kemanfaatan atau kemudlaratan.
- - -
‘Waktu’ ada karena ada ‘perubahan’.
‘Waktu’ ada karena Massa bertemu Energi.
‘Massa’ kalau hanya diam maka tidak penting.
‘Energi’ tak ada artinya, tanpa ada ‘massa’.
‘Waktu’
mendapat perhatian khusus dalam Al Quran >> “Demi Waktu”. Karena
sebagai penanda apakah menjadi mudlarat atau manfaat bagi manusia.
Seterusnya Al Quran mengutamakan berpikir soal manfaat (hikmah), yaitu mengajarkan manusia agar mengambil sebanyak-banyaknya manfaat hidup (yaitu manfaat hidup terbaik) dari Al Quran dan dari alam.
- - -
Al Quran bukanlah pengajaran kepada tubuh,
tetapi pengajaran kepada akal. Tubuh sendiri telah menerima pengajaran
langsung dari Tuhan, yang berbentuk insting ( ilham ?). Kehendak Tuhan
(pengajaran kepada akal) tidak mungkin menistakan kehendakNYA yang lain
(pengajaran kepada tubuh).
Pengajaran kepada tubuh bisa dianalogikan dengan ayat yang menerangkan wahyu kepada lebah :
Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia. kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat
yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan. (An Nahl: 68-69)
Maka segala penyebutan tentang alam di dalam Al
Quran, selalu dalam rangka mengajak manusia mengambil manfaat hidup
terbaik. Tubuh membuktikan bumi itu bulat, sedangkan wahyu Al Quran
memberikan pelajaran bagaimana untuk hidup terbaik di atas bumi.
- - -
Hal-hal di atas menjelaskan bahwa tujuan tertinggi dari pengetahuan akal adalah manfaat, bukan tentang titik acuan, bukan pula tentang keadaan obyektif karena keadaan obyektif adalah domain dari pengetahuan tubuh.
- - -
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya). Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar Rahman: 7 - 13)”
- - -
ini hanyalah interpretasi personal yang masih perlu penyelidikan lagi.
- - -
tambahan:
Tetapi yg jelas kita tahu bahwa bumi ini bergerak, matahari bergerak, galaksi bergerak. dan dalam pergerakan yg terus menerus itu berbagai teknologi yg tak bisa diingkari telah terciptakan.
Yg ingin saya katakan adalah bahwa obyek penggalian pengetahuan manusia seharusnya pada gerakan, bukan pada massa semata-mata, tapi massa+energinya, sebagaimana dalam percobaan-percobaan dunia science. tidak perlu khawatir terjadi keabsurdan, karena gerakan yg jd obyek penggalian itu ada dalam sistem keseimbangan.
Dan, di puncak pengetahuan gerakan itu adalah tentang gerakan diri.
Bukan tentang harta semata, tapi juga menyangkut energinya (misal: penggunaannya).
Bukan tentang berpikir saja, tapi juga menyangkut perilaku.
Intinya tentang kemanfaatan terbaik.
Dan ketika menyangkut kemanfaatan tertinggi, maka Al Quran bebas saja menggunakan sudut pandang ketika menyinggung soal alam. Misal tentang matahari yang terbit dan terbenam, tentang bumi yang dihamparkan. Asalkan itu bisa mengantar kepada ilmu hikmah perubahan diri, maka itu benar.
Wallohu a’lam
No comments:
Post a Comment