Ini benar-benar fiktif.
Alkisah ada seorang wanita bernama nona X.
Kala itu dia sedang sendirian berada di lereng sebuah gunung Y.
Tak penting bagaimana asal muasalnya, ternyata di
dekatnya ada sepeda kayuh, sepeda motor, mobil, dan
Helicopter. Semuanya dalam keadaan siap jalan dan boleh dia bawa
sesukanya.
Nona X sendiri bisanya hanya naik sepeda kayuh dan sepeda motor saja.
Tiba-tiba puncak gunung menyemburkan lumpur panas, bergerak ke arah nona X.
Maka dia harus segera menjauh dari puncak untuk menyelamatkan diri.
Maka apakah yang akan dilakukan nona X, apakah dia akan lari saja, atau menggunakan salah satu kendaraan di dekatnya?
…..
…..
…..
…..
Ya, tentunya dia akan memilih sepeda motor, karena itulah yang paling bisa dia andalkan untuk selamat dari bahaya lumpur panas. Itulah yang paling benar pada saat itu.
…..
Dia tak akan lari atau menggunakan sepeda kayuh, karena naik sepeda motor tentu bisa lebih cepat jalannya.
Dia salah kalau hendak memakai mobil karena dia tak bisa memakainya.
Dia salah kalau hendak menggunakan helicopter karena tak bisa mengoperasionalkannya, meskipun helicopter itu paling hebat.
Kenapa salah? Karena apabila dia memaksa memakai
mobil atau helicopter, dia akan mengalami kebingungan dan lumpur akan
bisa merenggut keselamatannya.
……
Maka bayangkanlah bahwa :
>>>kemampuan naik sepeda motor adalah kemampuan pemahaman terbaik yang saat ini kita miliki.
>>>Sepeda kayuh, sepeda motor, mobil dan helicopter adalah berbagai tingkatan pemahaman yang ada di masyarakat.
……
Sehingga boleh disimpulkan bahwa pada saat tertentu cara keselamatan yang benar bagi A belum tentu benar bagi B.
Karena tingkat pemahaman manusia berbeda-beda.
……
Seseorang tidak bisa menyalahkan yang lain hanya
karena berbeda kemampuan pemahaman. Dan tidak tepat apabila mengajarkan
sang bayi berlari, sedangkan duduk saja sang bayi belum mampu.
Pengajaran terbaik adalah pengajaran yang mampu dijangkau dengan usaha terbaik yang diajar.
Yang terbaik adalah terus belajar dengan sebenar-benarnya niatan untuk memperbaiki diri.
……
Sekian.
Wallohu a’lam
No comments:
Post a Comment