Tanda-tanda keagungan Tuhan, tidaklah selesai di
“masa lalu” di mana alam pertama kali terlihat (muncul). Semesta alam
tidaklah hanya seperti seonggok kursi yang telah selesai dikerjakan dan
tak ada kelanjutannya. Tetapi kemaha-kreativitasanNya adalah mengadakan
wujud alam, proses, serta alur maknanya sekaligus dalam “penciptaan”
itu. Sehingga “perbuatan”Nya masih terus berlangsung pada saat ini dan
seterusnya. Hal ini kiranya dapat digunakan sebagai jalan pendukung
untuk mengenali eksistensiNya. Bahwa Dia senantiasa “hidup”.
Perjalanan semesta sebenarnya tidaklah
bodoh-bisu-tuli. Memang, masing-masing kejadian bergulir secara
otomatis, di mana bagian per bagian dapat dijelaskan prosesnya (secara
terbatas) oleh sains. Dalam lingkup terbatas penelitian, kejadian dapat
diprediksi hasil (akibat) nya. Hal tersebut menandakan bahwa manusia
memiliki kekuasaan terhadap hal-hal yang sifatnya terbatas, yang
kemudian disalah artikan bahwa perjalanan semesta ini pasif bahkan mati
dan dapat diperlakukan sesuka manusia.
Namun dalam kejadian yang lingkupnya adalah
kompleksitas semesta – yang mana sulit terjangkau maupun terkuasai oleh
sains – terdapat makna yang lebih tinggi. Bagaimana ternyata perjalanan
semesta itu memiliki muatan moral yang hidup, mampu melihat dan berbuat
berdasarkan asas baik buruk. Yaitu penglihatan dan perbuatan yang jauh
mengungguli penglihatan dan perbuatan “kasar” manusia.
Bagaimana melihat makna dari semesta kehidupan itu.
Setidaknya ada 2 cara. Yang pertama adalah melihat alur sejarah hidup
umat manusia, akan tetapi perlu dicatat bahwa periode kehidupan yang
sudah dapat disaksikan adalah baru sebagian. Sedangkan cara yang kedua
adalah dengan menyelami ruang batin manusia sebagai tempat bermuaranya
segala kompleksitas semesta. Pada ruang batin itu lah bersemayam akal
cerdas semesta yang berisi tujuan-tujuannya.
Tidak setiap manusia berkemampuan sekaligus
berkesempatan menyelami ruang batinnya masing-masing. Para Nabi
dipercaya sebagai manusia yang berkemampuan dan berkesempatan dalam hal
tersebut. Dari mereka lah tereksplore kecerdasan semesta. Dari mereka
lah keluar peta batiniah yang dapat dicopy paste kepada umatnya. Peta
batiniah itu adalah kitab suci, suatu alat bantu bagi manusia awam dalam
mengeksplore arah dalam dirinya sendiri atau semesta alam.
Akan tetapi tidak setiap manusia dapat melakukan
copy paste Kitab Suci ke dalam batinnya. Hal tersebut dikarenakan
terdapat suasana (kabut) penghalang sehingga alam batinnya tak dapat
tertembus oleh suara Kitab Suci. Alam batinnya tak mampu beresonansi
tentang iman dan ketuhanan dikarenakan kabut penghalang. Kitab Suci
hanya bertempat tinggal di kemampuan kognisi, dan karenanya akan
tertolak.
No comments:
Post a Comment