Selamat datang.. Hingar bingar di sekeliling mari diambil hikmahnya, karena keadaan masyarakat akan berubah bila diri kita berubah. Salam hangat!

Wednesday, February 20, 2013

Tentang Takdir (1)

Semua yang terjadi adalah takdirNYA. Termasuk hujatan-hujatan kepadaNYA, adalah juga takdirNYA.
Hujatan-hujatan yang dilontarkan tanpa emosi karena hendak memprovokasi, ataupun hujatan yang memang disampaikan dengan emosi, adalah takdirNYA.

TakdirNYA memang demikian, ada yang baik, ada yang buruk.
Ada peperangan yang dilatarbelakangi saling emosi pada keduanya,
Ada peperangan yang dilatarbelakangi persepsi suci pada keduanya,
Ada peperangan yang dilatarbelakangi kombinasi pada keduanya,
Semua adalah takdirNYA.

Dan manusia adalah agen takdirNYA.
Takdir baik, takdir buruk.
Namun manusia diberikan penglihatan, pendengaran, dan hati, seharusnya membuatnya tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Mana takdir neraka, mana takdir surga.
Sehingga manusia adalah agen bebas, untuk memilih tempat takdirnya sendiri.
Kalau dia mau, mampu lah manusia berganti takdir. Dari takdir baik ke takdir buruk. Dari takdir buruk ke takdir baik.

Tapi memang, untuk berganti takdir dari yang buruk ke yang baik itu harus menangkap energi. Energi perasaan. Sehingga mungkin terasa tak masuk akal untuk berpindah dari takdir buruk ke takdir baik. Mungkin berat, luar biasa berat.
Atau bahkan diri merasa telah berada di takdir baik, padahal sebenarnya di takdir buruk? Maka hanya dirinya sendiri dan Tuhan lah yang tahu.

Bagi yang percaya dengan takdirNYA, melihat berbagai kejadian seharusnya tidak membuat diri terheran-heran. Bahkan benci atau senang pun, seharusnya tidak, atau setidaknya sedikit atau sebentar saja.
Karena yang sudah terjadi adalah takdirNYA.
Apakah dengan terjadinya takdir buruk di sekitar lantas menyalahkan Tuhan? Tidak, mana berani menyalahkanNYA.
Apakah dengan terjadinya takdir buruk di sekitar lantas heran? Tidak, karena apa yang diperbuatNYA memang bisa dahsyat. Tak ada yang perlu diherankan.

Tetapi bagaimana terhadap manusia sekitar yang telah menjalankan takdir buruk? Manusia harus hormati dia, karena dia seperti itu atas kehendakNYA. Bagaimana mungkin manusia bisa melecehkannya, itu sama saja melecehkan kehendakNYA? Apa mau berurusan dengan Tuhan soal pelecehan itu? Tentu tidak, tidak berani.

Namun, kepada pelaku takdir buruk yang melanggar hak manusia lain, sudah sepatutnya bagi manusia yang percaya Tuhan untuk bersikap, yaitu berusaha mengembalikan hak manusia lain yang telah direbut. Itupun apabila manusia yang telah dilanggar haknya tidak memaafkan. Itupun harus dengan prosedur yang telah ditetapkanNYA, di antaranya adalah dengan strategi (akal).

Pengambilan sikap yang demikian, bukanlah menentang telah terjadinya takdir buruk, tetapi usaha diri agar selanjutnya menetapi takdir baik sesuai yang telah digariskanNYA. Dan, Tuhan tidak silau dengan usaha-usaha manusia yang bermotifkan kebaikan. Bercampurnya tindakan-tindakan buruk di antara yang baik, akan diperhitungkanNYA dengan teliti. Dan pada akhirnya, itupun adalah takdirNYA, bahwa seorang manusia setiap saat boleh jadi sedang menjalankan takdir buruk dan takdir baik sekaligus.

TakdirNYA, baik dan buruk.
Manusia adalah agen takdir itu. Tetapi setiap manusia sudah ada yang mengurusnya, yaitu Tuhannya. Tak layak bagi manusia untuk membenci ciptaanNYA. Dan boleh jadi Tuhan memiliki rencana yang lebih baik untuk dia dibanding ke diri sendiri. Manusia bisa apa? Mengurus diri sendiri tak akan mampu. Semua urusan adalah milikNYA.

Yang bisa dilakukan manusia atas manusia lain, hanyalah sebatas membenci tindakan buruk, bukan pelakunya. Karena yang tahu tentang manusia lain, adalah dia dan Tuhannya. Manusia tak akan bisa tahu, tanpa diberitahuNYA.

Ya, manusia memang bisa menduga. Tetapi dugaan itu hanyalah layak untuk diri sendiri, tak pantas untuk dijadikan alat perampasan hak atas orang lain tanpa dasar.

TakdirNYA …..
Wallahu a’lam

No comments: