Selamat datang.. Hingar bingar di sekeliling mari diambil hikmahnya, karena keadaan masyarakat akan berubah bila diri kita berubah. Salam hangat!

Wednesday, February 20, 2013

Tentang Kesadaran (1)

Tak dipungkiri, manusia memang mendambakan suasana damai. Harapannya yang ada di sekelilingnya hanyalah senyum dan sapa. Rasa syukur, saling mengasihi, berucap kata-kata yang jauh dari kebencian dan perbedaan. Dunia terasa indah, tentram dan semuanya bahagia.
Tapi sayangnya itu hanya utopia.
Karena realita berkata lain.

Karena sejatinya bumi ini bisa memunculkan tempat-tempat kenikmatan, tidak lain adalah karena ada peran matahari yang apinya menggelegar di atas sana. Dengan energi api matahari itu, bumi tercegah dari keadaan kedinginan yang mematikan. Tanpa benda alam sejenis matahari, bumi tak berkehidupan. Tapi dengan energi api itu pula, beberapa tempat mengalami keadaan panas yang tidak mengenakkan tubuh. Ada juga yang sampai menimbulkan kebakaran dan badai.

Magma bumi juga memiliki peran. Karena dari magma itu keluarlah batu-batuan dan mineral yang berguna. Dengan magma itu pula terbentuk gunung-gunung tempat hidup tanaman dan buah-buahan. Pemandangannya pun elok. Tetapi dengan magma bumi itu, tersimpan juga kekuatan yang memunculkan gempa yang mematikan, juga tsunami dan letusan gunung berapi.

Itulah secuil dari realita alam tempat manusia berpijak. Realitas yang bersambung dengan realitas diri antara lapar dan kenyang, sengsara dan nikmat, duka dan bahagia. Semua realitas tercampur baur menjadi realitas yang sungguh besar dan luas.
Maka manusia akan bertanya-tanya, kenapa begini? Bukankah suatu keindahan apabila yang ada hanyalah kenikmatan dan kedamaian? Kenapa pula harus menjadi tua dan mati?

Itulah memang kehidupan,
Kenyataannya memang demikian,
Manusia memang tak ada pilihan untuk terlahir ataukah tidak.
Tapi manusia bisa menolak kelahirannya apabila tak menghendaki, banyak cara untuk bunuh diri yang tak begitu menyakitkan.

Maka..
Ketika ia memutuskan untuk melanjutkan hidup, itu sama saja dengan penandatanganan kontrak persetujuan atas kelahirannya. Persetujuan atas kesadaran yang menyusul kelahirannya. Kesadaran akan realita. Dan secara gentleman, tak layak bagi manusia untuk mempertanyakan bahkan menggugat lagi.

Dan itulah awal bagi manusia untuk bertanggung jawab. Kepada kesadarannya sendiri dia bertanggung jawab.
Semua atas nama kesadaran.

Ya, kesadaran itulah.
Tempatnya memilih dan menolak,
Tempatnya nikmat dan derita,
Tempatnya keraguan dan keyakinan,
Tempatnya kepedulian dan pengabaian,
Tempatnya kasih sayang dan kekejian,
Tempatnya kebijaksanaan dan kecurangan,
Tempatnya kebohongan dan kejujuran,
Tempatnya kesombongan dan kerendah hatian

Ya, pada kesadaran itulah,
Tempat pertanggung jawaban pada setiap diri,
Apakah kesadaran itu akan memuliakannya,
Ataukah justru menyiksanya.

No comments: