Selamat datang.. Hingar bingar di sekeliling mari diambil hikmahnya, karena keadaan masyarakat akan berubah bila diri kita berubah. Salam hangat!

Wednesday, February 20, 2013

Siapa Menjamin Tak Ada Hari Kebangkitan? - tentang akhirat (2)

Melanjutkan artikel sebelumnya “Jejak itu Sementara?”, di sini saya mengajukan pertanyaan sebagaimana judul kepada siapa saja yang berminat, utamanya kaum yang tidak percaya kepada hukum Tuhan dan akhirat :

Apabila kita percaya penuh dengan ketertataan semesta, apakah keadaan manusia sekarang ini berasal dari suatu kebetulan? Tentunya tidak, bukan?
Tak perduli awal kejadian manusia itu lantaran evolusi ataukah reaksi kejutan energi terhadap materi pembentuk, atau apapun teorinya, pastilah kita percaya bahwa semua itu adalah produk ketertataan semesta yang berdasar sebab akibat.

Apapun itu bentukan energi+materi yang terjadi saat ini (akibat), semuanya adalah produk dari bentukan energi+materi di masa lalu (sebab). Lebih detail, maka otak, mata, syaraf-syaraf yang kita miliki sekarang ini adalah akibat dari keadaan semesta di masa lalu, termasuk ketika kehidupan makhluk hidup belum ada di bumi.
Dikarenakan suatu kejadian sebab-akibat itu tertata sempurna, maka suatu keniscayaan apabila runutan “sebab lalu akibat” dapat berlaku terbalik menjadi “akibat lalu sebab“, walaupun mungkin hanya ada di ranah imajiner.

—-
Sy ilustrasikan:
Kalau kita menggelindingkan bola voli dari lantai titik A ke titik B, maka kita bisa melakukan kebalikannya, yaitu menggelindingkan bola voli dari B ke A.
Kalau suatu spon bola lentur sempurna berdiameter 20 cm kita remas sehingga menjadi berdiameter 1 cm, maka kita bisa melakukan kebalikannya yaitu melepaskan remasan sehingga diameter spon mengembang dari 1 cm menjadi 20 cm.
—-

Kembali ke alam nyata, kita bisa bayangkan bagaimanakah bentuk energi-materi pada tata surya dan sekitarnya ketika suatu saat nanti hampir tertelan black hole? Pasti akan memiliki bentuk energi-materi tertentu yang sangat-sangat spesifik sebagai produk masa lalunya termasuk ketika berpadu dengan sejarah manusia.

Kemudian masuklah ia ke black hole, di mana di sana haruslah tetap masih mengandung hukum keteraturan, tak perduli seberapapun cepat putarannya, seberapapun kuat energinya dan seberapapun padat massanya. Maka bumi akan terlumat dengan se ekstrim-ekstrimnya hingga level sub-atom, pun energinya akan berpadu sedemikian rupa.

Yang menjadi hal terpenting adalah, black hole itu berdasar pendapat dan pengamatan ilmuan (termasuk einstein dan hawking), tidaklah terus menerus memadat. Akan tiba suatu keadaan di mana black hole itu memancarkan (membuang) energinya keluar, yaitu ke alam raya.

Apakah pembuangan energi itu berbentuk acak? Tidak kan? Pasti menurut perhitungan sebab akibat yang juga teratur. Tak perduli apakah pembuangan itu berupa ledakan-ledakan dahsyat, tetaplah ledakan itu terjadi secara spesifik. Ilmuan memang tak tahu seperti apa bentuk pengeluaran energi dari suatu black hole, hanya sekedar kira-kira. Einstein memperkirakan black hole itu adalah penghubung antara semesta yang ada dengan semesta yang lain. Sedangkan Hawking berpendapat bahwa blackhole itu mengeluarkan energi ke alam raya ini. ( *Terkait ini silahkan baca artikel “Jejak itu Sementara?” )

Maka, jikalau benar bahwa black hole itu memancarkan energinya kembali ke alam, apakah kita bisa “mengabaikan” peristiwa yang terjadi akibat dari itu?
Bagaimana mungkin mengabaikan, sedangkan kita mengaku percaya penuh pada hukum keteraturan?

Apakah tak layak kita berpikir bahwa hal itu semacam kejadian pemantulan tata surya sekaligus pemuaian setelah pemadatannya?
Sebagaimana proses memuainya spon busa setelah peremasannya?
Dan yang terjadi nantinya adalah pembentukan tata surya secara terbalik?
Lebih lanjut, terjadinya pembalikan sejarah umat manusia, di mana penghuni kubur yang telah terurai, abu-abu pembakaran manusia yang telah tersebar di samudera itu akan bersatu kembali mewujud menjadi manusia-manusia yang hidup kembali?

Bagaimanakah seharusnya, apakah kita heran dengan terulangnya lagi kehidupan kedua dari material-material tak hidup, sedangkan kita telah percaya bahwa kehidupan yang berjalan sekarang ini berawal dari alam yang tak hidup? Apakah tetap berpegang teguh pada hukum keteraturan?

Maka,
Siapakah yang bisa menjamin secara empiris kalau aku tak akan bangkit lagi pada suatu masa setelah black hole itu memancarkan energi tata surya yang pernah jatuh ke dalamnya?
Bagaimana pula seandainya black hole itu menghadiahkan kejutan-kejutan peristiwa yang lain lagi akibat kekuatan dahsyatnya? Apakah kita nanti akan terkaget-kaget dengannya?
Dan bagaimana pula seandainya detak-detak energi yang terpancar dari jantung dan syaraf-syaraf tubuh ini turut masuk dan keluar dari black hole itu, di mana dendam, kesombongan, kebohongan akan terbongkar?

Ah, baiknya memang tak usah terlalu jauh.


TAPI SIAPA YANG BISA MENJAMIN KALAU AKU TAK AKAN BANGKIT LAGI SETELAH KEMATIANKU NANTI …… ??

No comments: